Upaya mencari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang lenyap pada Maret 2014 dalam perjalanan ke Beijing dari Kuala Lumpur dengan 239 orang di dalamnya tidak membuahkan hasil. Tetapi ada satu hal yang didapat dari pencarian terbesar dalam sejarah tersebut.
Peta dasar laut terperinci yang dibuat selama pencarian penerbangan Malaysia Airlines MH370 yang hilang dapat membantu meningkatkan pengetahuan tentang potensi perikanan.
Selain itu, melalui peta yang dikeluarkan oleh Australia pada Rabu tersebut juga dapat dipelajari pergerakan lempeng prasejarah di benua paling selatan bumi.
Pencarian di Samudera Hindia berakhir pada Januari setelah menyisir hamparan perairan terbuka yang di bawahnya menjulang pegunungan bawah laut yang lebih besar dari Gunung Everest dan sebuah lembah runtuhan yang dipenuhi gunung berapi bawah laut sepanjang ratusan kilometer.
Keberadaan pesawat yang lenyap pada Maret 2014 dalam perjalanan ke Beijing dari Kuala Lumpur dengan 239 orang di dalamnya, tetap menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia saat ini.
Namun informasi yang dikumpulkan selama survei melelahkan pada wilayah seluas sekitar 120.000 km persegi di perairan terpencil di sebelah Barat Australia seharusnya memberikan wawasan kepada nelayan, ahli kelautan, dan ahli geologi ke wilayah ini dengan rincian yang belum pernah ada sebelumnya.
“Ada lokasi pegunungan yang akan menarik banyak nelayan laut internasional ke daerah tersebut,” kata Charitha Pattiaratchi, seorang Profesor Oseanografi Pesisir di “University of Western Australia.
Ikan berharga tinggi seperti tuna dan sejumlah ikan khas perairan Australia lainnya diketahui berkumpul di dekat gunung bawah laut, di mana plankton berenang dalam arus perairan tersebut.
Pattiaratchi mengatakan bahwa lokasi pegunungan bawah laut juga akan membantu memodelkan dampak tsunami di wilayah ini, memberikan pegunungan bawah laut bantuan menghilangkan energi merusak mereka, dan berpotensi mengubah pemahaman kita tentang pecahnya benua super Gondwana.
Data terdiri dari model bentang alam bawah laut tiga dimensi serta informasi survei Bathimetri mentah. Data ini diterbitkan secara daring oleh “Geoscience Australia” pada Rabu, dengan sebuah bagian lanjutan yang akan diterbitkan tahun depan.
“Diperkirakan hanya 10 sampai 15 persen samudra di dunia telah disurvei dengan teknologi sejenis yang digunakan untuk mencari MH370, menjadikan bagian terpencil di Samudera Hindia ini menjadi wilayah yang paling dipetakan dari laut dalam di planet ini, ” kata Kepala Divisi Geosains Lingkungan Geoscience Australia Stuart Minchin.
Australia belum memutuskan untuk melanjutkan pencarian pesawat Boeing 777 itu, namun mengatakan pihaknya akan bergantung pada penemuan bukti-bukti baru yang kredibel mengenai keberadaan pesawat yang mayoritas penumpangnya merupakan warga negara China itu.
“Tidak ada informasi baru yang ditemukan untuk menentukan lokasi spesifik pesawat dan penelusuran bawah laut tetap ditangguhkan,” ujar Menteri Transportasi Australia Darren Chester dalam sebuah pernyataan pada Rabu.