Selamat tinggal tarif YY…..
Barangkali tidak banyak yang memahami apa itu tarif YY atau YY fares. Sistem taris ini memang semakin tidak populer. Apalagi, International Air Transport Association (IATA) sudah mengumumkan bahwa YY Fares akan dihapus mulai 31 Oktober 2018.
Keputusan untuk menghapus membatalkan YY Fares ini diambil melalui pemungutan suara dalam Konferensi Tarif Penumpang IATA pada 28 Juni 2017 di Jenewa, Swiss. Penghapusan ini mencerminkan transformasi dramatis yang terus berlangsung dalam distribusi produk penerbangan, khususnya tentang bagaimana tiket diperjualbelikan sejak 70 tahun yang lalu.
Tarif YY adalah tarif interline multilateral yang disepakati melalui IATA. Disepakati pada 1945, sistem tarif ini memberi kesempatan kepada konsumen untuk membeli tiket tunggal dalam satu mata uang yang sama. Sistem ini memberikan pilihan perjalanan di seluruh dunia pada berbagai maskapai penerbangan berbeda dengan aturan bagasi yang dipesan bahkan sampai tujuan akhir tanpa harus repot. Jadi, ketika seseorang terbang dari Inggris ke Papua di tahun 70-an, mereka cukup memanfaatkan tarif YY untuk mempermudah menghitung pengeluaran tiket. Padahal barangkali mereka harus berpindah banyak pesawat dari Inggris ke India ke Malaysia berlanjut ke Jakarta dan kemudian ke Papua.
Sampai tahun 1980-an kebanyakan konsumen melakukan perjalanan dengan tarif YY. Namun persaingan, deregulasi, aliansi, perjanjian bilateral, liberalisasi dan perkembangan peraturan anti-trust membuat penggunaan tarif YY menurun drastis. Sistem ini secara bertahap diganti dengan tarif yang ditetapkan oleh maskapai sendiri. Bahkan saat ini tarif YY hanya digunakan dalam transaksi sebesar 0,03% dari jumlah tiket yang terjual.
Meskipun tarif YY akan segera hilang, dukungan IATA untuk sistem interline multilateral akan berlanjut dengan pengaturan standar global untuk konstruksi tarif, prinsip jarak tempuh dan standar mata uang. Lebih penting dari itu, perusahaan penerbangan dan mitra industri akan bekerja sama terus melalui IATA untuk fokus pada transformasi distribusi penerbangan dengan program seperti New Distribution Capability (NDC) dan ONE Order.
Dalam pernyataannya, IATA memaparkan bahwa tarif YY adalah tulang punggung tiket pesawat secara global dalam 70 tahun terakhir. Namun relevansinya telah didesak oleh perubahan pasar dan permintaan konsumen. Kebanyakan maskapai menanggapi kondisi ini dengan inovasi yang menguntungkan konsumen dengan lebih banyak pilihan.
Fokus IATA kini adalah memungkinkan maskapai membawa inovasi ke konsumen dengan menggunakan kemampuan pemasaran dan distribusi modern dalam NDC dan ONE Order. Penumpang di seluruh dunia secara bertahap merasakan manfaat NDC dengan pengalaman berbelanja yang lebih kaya dan lebih transparan saat menggunakan agen perjalanan. Inisiatif ONE Order memodernisasi proses industri sehingga maskapai penerbangan menjual produk mereka dalam satu transaksi tanpa batas.
Tarif YY sendiri sejarahnya dimulai dari Konvensi Chicago yang menetapkan kerangka penerbangan sipil internasional pada 1944. Namun, ketika itu ketentuan akses pasar atau tarif tidak termasuk dalam Konvensi. Kerangka kerja ini diserahkan kepada pemerintah nasional untuk bernegosiasi dengan pola perjanjian layanan udara bilateral. Sebagai praktik standar, negara-negara di dunia kemudian meminta IATA untuk mengajukan tarif internasional yang koordinatif. Tarif inilah yang kemudian dikenal dengan tarif IATA YY.