Saat Amerika Serikat mendekati Perang Dunia II, mereka memiliki banyak perusahaan pesawat yang inovatif, dan satu ton uang untuk dibelanjakan. Hal ini yang menjadikan Amerika Serikat memiliki keunggulan dalam pembangunan pesawat serangan taktis, dan pembom jarak jauh.
Salah satu yang menarik adalah sebuah bomber sayap terbang yang dibangun Northrop dan dikenal sebagai YB-49 “Flying Wing”.
Sejak lama insinyur penerbangan mengakui potensi dari desain sayap terbang. Sebuah sayap terbang yang menghilangkan ekor akan mengurangi mengurangi banyak kompromi aerodinamis terkait dengan pesawat normal, dan mengurangi drag.
Namun, banyak dari fitur ini menghadapi masalah stabilitas. Hal ini membuat pesawat lebih sulit untuk terbang, terutama sebelum munculnya teknologi fly-by-wire.
Namun demikian, insinyur (terutama di Jerman dan Uni Soviet) mencoba berulang kali dalam periode antar perang untuk mengembangkan sayap terbang yang layak, baik untuk transportasi atau untuk tujuan militer.
Meski upaya ini menghasilkan data yang berguna, mereka jarang menghasilkan airframes sebenarnya. Menjelang akhir Perang Dunia II, Jerman berhasil mengembangkan jet tempur sayap terbang, meskipun tidak masuk produksi massal.
Pada tahun-tahun awal Perang Dunia II, AS menyadari bahwa mereka harus bisa mengebom Jerman langsung dari Amerika Serikat, terutama jika Inggris meninggalkan perang.
Permintaan US Army Air Corps memicu proposal dari aliansi Boeing-Consolidated (akhirnya Convair) dan Northrop. Boeing-Consolidated akhirnya melahirkan Convair B-36 Peacemaker sementara Northrop membangun XB-35.
B-36 memiliki desain yang relatif konvensional dan bisa disebut sebagai pembom lebih besar dibandingkan pesawat yang ada pada saat itu meski memiliki fitur-fitur inovatif. Sementara XB-35 adalah sesuatu yang baru untuk penerbangan militer AS yakni mengusung konsep sayap terbang. Pesawat ini lebih kecil dari B-36, tapi sebanding dalam fitur dan kinerja.
Pada 1944, XB-35 kalah di belakang B-36 meskipun keduanya mengalami masalah teknologi yang signifikan. Angkatan Udara, memilih B-36 karena percaya bahwa masalah yang dimiliki lebih mudah untuk dipecahkan.
Namun, Angkatan Udara AS (USAF) menemukan konsep sayap terbang cukup menarik dan mengusulkan untuk mendesain ulang XB-35 dengan menggunakan mesin jet, bukan piston. Northrop mengembangkan rencana untuk melengkapi XB-35 dengan jet yang disebut sebagai YB-49. Sebanyak tiga konversi dilakukan dan mempersiapkan beberapa pesawat lagi.