Elemen kunci yang membuat militer Amerika begitu kuat adalah kemampuannya untuk mengirimkan pasukan dengan cepat ke manapun di dunia dalam waktu singkat.
Pesawat kargo besar seperti Galaxy C-5 dan C-17 Globemaster III, yang membawa pasukan dan peralatan ke dalam atau di dekat zona perang merupakan gambaran umum penyebaran militer Amerika.
Tetapi sebenarnya Amerika Serikat telah memperluas perang globalnya yang sering gelap melawan apa yang mereka sebut sebagai terorisme dengan mengandalkan armada transportasi kecil tetapi sangat vital.
Antara tahun 2011 dan 2013, pesawat dari 318th Special Operations Squadron Angkatan Udara AS terbang lebih dari 3.000 jam melintasi lima benua. Mereka melakukan berbagai misi mulai dari pengiriman kargo ke pos-pos tempur jarak jauh dan bahkan perang psikologis.
“Merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan berbagai misi sambil memberikan komandan operasi khusus dengan dukungan mobilitas intra teater yang lincah merupakan misi mereka. Mereka bisa melakukan misi di lapangan udara yang keras, semi-siap, hingga lapangan yang sangat sederhana dengan sedikit dukungan,” demikian ditulis dalam sejarah 27th Special Operations Wing, yang mengendalikan Skuadaron 318th.
Pada tahun 2012, Skuadron ke-318 adalah satu dari dua unit yang melakukan operasi ” penerbangan non-standar ” dan misi special operations forces (SOF) atau operasi pasukan khusus dalam jumlah kecil. Yang lainnya adalah Skuadron Operasi Khusus 524, yang juga merupakan bagian dari Wing ke-27.
Dalam peran ini, skuadron memiliki dua pesawat, yakni pesawat satu mesin Pilatus PC-12 dan pesawat dua mesin C-145A Combat Coyote. Pesawat yang terakhir adalah versi Angkatan Udara dari pesawat mesin kembar PZL M28 Skytruck.
Kedua pesawat menggunakan mesin turboprop PT6A Pratt dan Whitney Canada. Pesawat Skuadron Operasi Khusus 524 awalnya menerbangkan mesin kembar Bombardier Q-200, sebelum beralih ke pesawat C-146A yang mirip dengan C-145A.
Dengan dua awak, PC-12 bisa membawa antara enam dan sembilan penumpang, tergantung pada perlengkapan yang mereka bawa , atau hanya lebih dari 1.600 pon kargo. Populer di dunia penerbangan sipil, pesawat mampu terbang hampir 330 mil per jam dan dapat menempuh rute lebih dari 1.800 mil tergantung pada muatannya.
Berasal dari era Soviet Antonov An-28, C-145A bisa membawa 5.000 pon persediaan atau hampir 20 tentara siap tempur. Pesawat ini memiliki jalan belakang kecil sehingga kru bisa menurunkan paket udara atau penerjun. Skytrucks memiliki jarak tempuh yang relatif pendek kurang dari 1.000 mil dan kecepatan jelajah hanya 170 mil per jam.
Untuk operator khusus militer Amerika manfaat utama dua pesawat tersebut adalah kemudahan pengoperasian dan biaya perawatan yang relatif rendah, serta kemampuan mereka untuk beroperasi dari landasan terbang kecil.
Boeing merancang C-17 untuk memiliki kemampuan lepas landas yang mengesankan jika dilihat dari ukuran pesawatnya, namun masih memerlukan landasan pacu sepanjang lebih dari satu mil untuk bisa terbang. Sebagai perbandingan, PC-12 hanya membutuhkan sekitar setengahnya untuk bisa lepas landas dan dengan beban yang lebih ringan, jarka yang dibutuhkan semakin singkat.
Pesawat ini kerap terlihat di bandar udara di seluruh dunia. Awalnya Angkatan Udara menerbangkan PC-12 dan C-145 dengan cat bergaya sipil dan dengan kode registrasi sipil. Fitur-fitur ini membantu penerbang tetap low profile pada misi sensitif, terutama di Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara.
Namun, sulit untuk menyembunyikan beberapa bagian yang menonjol dari PC-12 khususnya di USAF, seperti antena komunikasi, yang membuat pesawat terbang akan secara cepat bisa dibedakan oleh mereka yang akrab dengan pesawat.