Sebuah penyelidikan terbaru menunjukkan pesawat yang membawa Presiden Polandia pada 2010 menyimpulkan pesawat pecah di udara sebelum kemudian jatuh. Kesimpulan ini seolah semakin mengarahkan tuduhan ke Rusia.
Hasil penyelidikan ini dikeluarkan Senin 10 April 2017 bertepatan dengan tujuh tahun kecelakaan yang terjadi di Smolensk, Rusia barat. Pesawat membawa Presiden Lech Kaczynski dan 95 orang lain yang sebagian besar adalah pejabat penting Polandia.
Menteri Pertahanan Polandia Antoni Macierewicz, mengatakan bahwa kecelakaan itu adalah hasil dari konspirasi Polandia-Rusia. Pada bulan lalu dia menuduh mantan perdana menteri Polandia dan Presiden Uni Eropa saat itu Donald Tusk sebagai “pengkhianatan diplomatik”.
Setelah memenangkan kekuasaan di tahun 2015, Partai Law and Justice (PiS) meluncurkan penyelidikan baru atas insiden tersebut di mana peneliti Polandia dan Rusia sebelumnya mengkaitkan kecelakaan dengan faktor kesalahan manusia dan cuaca buruk.
“Pesawat itu pecah dan kehilangan bagian di udara,” kata Waclaw Berczynski yang mengepalai tim peneliti Polandia, mengatakan di televisi TVP Info Senin.
Berczynski mengatakan peneliti mengambil kesimpulan baru dengan melakukan analisis percakapan antara pilot pesawat dan pengendali lalu lintas udara Rusia.
Penyelidikan sebelumnya menemukan kecelakaan pesawat Tu-152 itu sebagian dipicu ketika sayap jet menabrak pohon dekat landasan pacu. Jaksa Polandia juga mengatakan awal bulan ini bahwa fragmen dari pesawat sedang dikirim ke empat laboratorium di luar negeri untuk memeriksa jejak bahan peledak.
Para pejabat pengadilan Polandia juga telah melakukan penggalian jasad sisa-sisa korban untuk menetapkan penyebab kematian.
Warsawa telah berulang kali meminta Moskow untuk mengembalikan reruntuhan pesawat, tetapi Rusia mengatakan akan mengembalikan bangkai pesawat setelah penyelidikan mereka sendiri berakhir.
Kecelakaan itu terjadi ketika delegasi presiden sedang menuju ke sebuah upacara di hutan Katyn Rusia di mana ribuan tentara Polandia dibunuh oleh polisi rahasia Soviet pada tahun 1940. Sampai tahun 1990, Kremlin masih membantah tuduhan pembantaian tersebut.