Maskapai penerbangan swasta nasional Indonesia Air Transport akan menerbangi secara reguler rute Makassar – Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, bila seluruh ketentuan administrasi penerbangan telah dipenuhi oleh Bandara Maleo, Bungku.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Morowali, Harsono Lamusa yang dihubungi melalui telepon genggamnya, di Bungku, Kamis 23 Maret 2017 mengatakan penerbangan perdana sebenarnya sudah dilakukan pada Rabu 22 Maret, namun batal karena sertifikat operasi bandar udara (SBU) Bandara Maleo belum diterbitkan Kemenhub.
“Jadi pembatalan penerbangan kemarin itu bukan karena izin penerbangan pesawat Indonesia Air Transport yang belum ada, tetapi SBU Bandara Maleo yang belum terbit,” ujarnya dilaporkan Antara.
Namun begitu, kata Harsono, pihak Perusda Morowali selaku pengelola bandara tersebut, sudah mengirim orangnya ke Jakarta untuk menemui pejabat berwenang di Kemenerian Perhubungan agar SBU Bandara Maleo bisa diterbitkan.
“Menurut informasi dari Jakarta, SBU diharapkan terbit paling telat enam hari ke depan. Kalau SBU sudah terbit, penerbangan reguler segera dimulai,” ujarnya.
Ratusan warga, pejabat dan undangan, termasuk Bupati Morowali Anwar Hafid, telah berkumpul di Bandara Maleo Bungku pada Rabu untuk menyambut penerbangan perdana pesawat ATR-42 Indonesia Air Transport dari Makassar, namun semua kecewa karena penerbangan dibatalkan.
Menurut rencana, pesawat tersebut akan menerbangi rute Bungku-Makassar enam kali seminggu dengan harga tiket antara Rp800.000 sampai Rp1,3 juta.
“Pemkab Morowali sedang mengkaji kemungkinan memberikan subsidi tiket untuk masyarakat. Kalau hal itu tidak bertentangan dengan ketentuan, kemungkinan besar Pemkab Morowali memberikan subsidi harga tiket,” ujarnya.
Terkait penggunaan pesawat ATR-42 yang kapasitasnya masih terbatas, Harsono mengatakan, hal itu karena landas pacu Bandara Maleo Bungku masih terbatas yakni 1.050 meter, namun tahun depan sudah bisa didarati pesawat yang berkapasitas lebih besar karena sedang ada perpanjangan landas pacu.
“Kami sedang mengerjakan perpanjangan landas pacu sepanjang 400 meter lagi, sehingga tahun depan, landasan yang siap didarati akan menjadi 1.450 meter,” ujarnya.
Kabupaten Morowali merupakan daerah penghasil tambang nikel terbesar di Sulteng, industri dan perkebunan kelapa sawit, hasil laut dan pariwisata bahari, namun relatif sulit dijangkau lewat angkutan darat dan laut.
Masyarakat yang akan ke Morowali selama ini harus berjalan darat sejauh 500 kilometer dari Kota Palu atau 350 kilometer dari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
“Dengan hadirnya penerbangan reguler Bungku-Makassar, maka akses masyarakat, investor dan wisatawan ke Morowali dan Morowali Utara akan lebih lancar yang tentu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat di dua kabupaten di Morowali,” ujar Harsono.