Soviet-Amerika Sama-sama Gagal
Perang Dingin juga mendorong Rusia dan Amerika mulai memikirkan untuk bagaimana menggunakan nuklir dalam pesawat terbang. Pada tahun 1946, Angkatan Udara AS meluncurkan proyek Nuclear Energy for the Propulsion of Aircraft (NEPA) untuk melakukan studi pendahuluan pada kelayakan pesawat bertenaga nuklir.
Dari proyek ini kemudian muncul proyek lanjutan yang disebut Aircraft Nuclear Propulsion (ANP) pada 1951 dengan menggunakan sedikit cair berbahan bakar reaktor untuk mencapai durasi yang dibutuhkan – secara teoritis sampai tiga minggu tinggi-tinggi – dalam format yang kompak.
Reaktor diuji coba dengan dua desain mesin yang berbeda yakni GE X-39 General Electric dan Pratt & J47 Whitney mesin J47. Hasilnya bisa saja nuklir dijadikan sebagai penggerak mesin. Namun kemudian ANP dihentikan pada tahun 1961.
Uni Soviet pada tahun 1961 juga meminta Tupolev dan Myasishchev untuk melakukan upaya ini. Hasil tertingginya adalah reaktor VVRL-100 yang diletakkan di bomber Tu-95M yang kemudian melahirkan Tu-95LAL (Letayushchaya Atomnaya LABORATORIYA). Pesawat tes ini terbang lebih dari 40 misi, tetapi hanya sedikit dengan reaktor dihidupkan, sebagai tujuan utamanya adalah untuk menguji perisai radiasi. Pada 1960 program ini juga dihentikan.
Alasannya adalah risiko yang sangat tinggi. Tidak hanya pada awak yang menerbangkan pesawat, tetapi ketika pesawat itu ditembak jatuh dan menyebarkan radioaktif, tentu akan menjadi malapetaka yang sangat mengerikan. Hingga kemudian Soviet dan Amerika tahu diri untuk menghentikan program tersebut.