Jupiter TNI AU menggunakan pesawat KT-1B Wong Bee. Sebenarnya ini pesawat latih dasar untuk pilot Angkatan Udara. Dan barangkali hanya di Indonesia varian pesawat ini dijadikan sebagai pesawat aerobatic.
Semua penerbangan yang membutuhkan pesawat dengan tingkat manuver dan kecepatan tinggi. Sehingga negara-negara lain memilih menggunakan mesin jet seperti F-16, Su-27, MiG-29, Hawk dan sejenisnya. Sementara KT-1 dan semua variannya masih menggunakan mesin turbo prop.
Pesawat ini diproduksi Korea Aerospace Industries (KAI) dan Departemen Pertahanan Korea Selatan dan menjadi pesawat pertama yang diproduksi negara tersebut. Proyek dimulai pada tahun 1988. Pesawat pertama di kelasnya yang pernah dirancang sepenuhnya oleh komputer. Pesawat dilengkapi dengan semua sistem yang dibutuhkan untuk mengajarkan manuver akrobatik yang rumit serta sistem penerbangan dikendalikan komputer. Pemerintah Korea berencana untuk mengganti berusia T-37 dan T-41 armada pesawat pelatihan dengan KT- 1.
Pada tahun 1998, KAI menerima sertifikasi produksi untuk KT-1 dari Departemen Pertahanan sebagai pelatih dasar untuk ROKAF. KAI meluncurkan KT-1 dengan nama sandi “ Woongbee”, di fasilitas manufaktur di bulan November 2000. KAI disampaikan pertama pada AB pada bulan November 2000 dan sejak tahun 2001, pilot siswa telah lulus dari kursus pelatih dasar dengan KT-1.
KT-1 menggunakan mesin turbo-prop dengan 950- tenaga kuda yang menghasilkan kecepatan maksimum hingga 648 kilometer per jam dan dapat menempuh jarak 1.700 kilometer tanpa mengisi bahan bakar. Pesawat, yang pada dasarnya akan digunakan oleh Angkatan Udara Republik Korea.
Pada bulan April 2003, Republik Korea berhasil mengekspor pesawat ini ke Indonesia. Ini adalah pertama kalinya bagi Korea mengekspor pesawat. KT-1B yang dijual ke Indonesia adalah versi modifikasi dari-KT 1 yang memungkinkan pilot angkatan udara untuk mempersiapkan kemampuan sebelum mengendalikan jet tempur supersonik dan dapat dilengkapi dengan senjata ringan untuk pertempuran.
Menurut KAI, pada akhir tahun 2003, KAI memberikan tujuh jet ditambah suku cadang serta pelatihan bagi Indonesia dengan nilai kontrak sekitar 60 juta Dollar AS. Dan hingga saat ini berdasarkan laman resmi KAI, Indonesia memiliki 17 unit pesawat ini.
Pada bulan Agustus 2007 KAI menandatangani kontrak 500 juta dengan Turki untuk mengekspor 55 versi upgrade dari KT-1 Woongbee. Kesepakatan itu adalah ekspor senjata terbesar kedua negara itu setelah Samsung Techwin melakukan lisensi produksi K-9 howitzer self-propelled dengan Turki pada tahun 2001 senilai 1 miliar dollar.
Pada tanggal 19 Februari 2014, KAI mengumumkan keberhasilan penerbangan pertama dari KT-1P yang merupakan pengembangan darri KT-1. Pesawat latih kali ini sudah dipersenjatai untuk ekspor ke Peru.
KT-1P adalah pesawat utilitas dengan meningkatkan peralatan avionik berteknologi tinggi dan kemampuan senjata KAI berencana untuk menyelesaikan tes dan evaluasi untuk konfigurasi dasar KT-1P April dan memperoleh sertifikat kelaikan udara untuk loading konfigurasi akhir dari pemerintah pada awal 2015. KAI menandatangani kesepakatan ekspor 20 KT-1P dengan total senilai 210 juta dolar dengan Peru pada tahun 2012 melalui transaksi pemerintah-ke-pemerintah.