Kapten Pnb Sekti Ambarwaty menjadi salah satu srikandi Angkatan Udara Indonesia (TNI AU). Wanita cantik ini menjadi perwira perempuan pertama di TNI AU yang dipercaya menjadi pilot.
Tercatat, hingga hari ini, dia telah melakukan penerbangan hingga 2.100 jam terbang. Terjauh, perempuan kelahiran Malang, 18 Oktober 1983, itu pernah terbang menuju Thailand. Diawali keputusan menjadi anggota TNI AU pada 2001, alumnus SMA 5 Malang itu pun bergabung menjadi Bintara Wara (Wanita Angkatan Udara), 2003.
Dunia penerbangan, terutama militer dan juga TNI AU masih kerap didominasi oleh kaum. Sewaktu menjalani pendidikan pada 2005, dia hanya membutuhkan waktu 8 bulan. Lalu, mendapatkan mandat dari sang pimpinan agar mengikuti seleksi pada 2007 hingga dinyatakan lolos.
“Memang sudah niat saya. Ditunjang dukungan keluarga agar memilih TNI AU. Dalam konteks terbang pun saya ingin menantang diri saya sendiri. Menjalani amanah yang diberikan sebaik-baiknya dan menunjukkan bahwa perempuan juga mampu menerbangkan pesawat,” kata ibunda Atha Pratama Sudi Ambara itu sebagaimana dilansir Prokal.co.
Perwira penerbang skadron udara 2 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, itu bertugas mengawaki dua pesawat, CN-235 dan CN-295. Dua pesawat itu memiliki karakteristik sebagai pengikut (pendukung) yang mampu landing dengan run way tidak panjang. Minimal 1200 meter.
Istri Kapten Nav Prasetyo Sudi Wicaksono itu menjelaskan, secara fungsi, dari pengawakan jenis CN berbeda dengan Hercules. Tapi, pada dasarnya, mendukung misi penerbangan yang meng-cover seluruh wilayah dari Barat ke Timur. Sekalipun tengah malang melintang di udara, rasa khawatir dianggap sebagai hal manusiawi.
“Awak pesawat mesti mampu mempersiapkan diri. Antisipasi dilakukan sedetail mungkin dengan koordinasi yang baik. Tidak setengah-setengah. Karena bukan hanya menyangkut soal misi tapi juga safety bagi penumpang dan sang pilot. Pasti ada kekhawatiran namun kita harus tetap fokus dan ikhtiar,” jelas perwira yang sempat bergabung dalam tim evakuasi Air Asia pada 2015 tersebut.