Pemerintah Jepang harus membayar kompensasi sebesar US$265,9 juta atau sekitar Rp3,5 trilun untuk sekitar 22.000 warga yang tinggal di dekat Pangkalan Angkatan Udara Kadena Jepang. Uang ini sebagai kompensasi atas gangguan kebisingan pesawat tempur Amerika yang ditempatkan di pangkalan tersebut.
Ini adalah kompensasi terbesar yang pernah diberikan terkait kasus kebisingan pesawat militer AS dalam sejarah Jepang. Masing-masing warga akan menerima sekitar US $ 12.000.
Pengadilan Jepang dalam keputusannya Kamis 23 Februari 2017 mengakui bahwa kehadiran militer Amerika Serikat di Jepang cukup penting untuk keamanan regional. Tetapi juga menyalahkan pemerintah yang tidak mengatasi masalah kebisingan.
Yoshinori Yamada, penggugat berusia 76 tahun setelah putusan mengatakan bahwa “Pengadilan menemukan bukti bahwa suara itu berbahaya tetapi tidak dapat dihentikan. Saya marah.”
Warga tetap belum menerima keputusan ini akan mengajukan banding agar mendapat hasil yang mereka inginkan. Mereka ingin kompensasi yang diterima tidak sekadar uang.
Pemerintah Jepang juga dapat mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi untuk menurunkan kompensasi, seperti yang dilakukan dalam kasus keluhan kebisingan di Fasilitas Atsugi Naval Air pada Desember 2016 dan juga kasus yang diajukan pada tahun 1982 dan 2000.
Kasus terbaru ini diajukan pada tahun 2011. Hakim Ketua Tetsuya Fujikura mengatakan dalam putusan, “Meski memberi manfaat yang dinikmati secara merata oleh seluruh bangsa, operasi militer menyebabkan berbagai kerusakan, menimbulkan korban warga setempat. Ini adalah ketidakadilan,” kata pengadilan sebagaimana dilaporkan Stars and Stripes Kamis.
Jiji Press mengutip hakim mengatakan bahwa masalah ini telah menyebabkan rasa sakit mental, gangguan tidur dan peningkatan risiko efek kesehatan negatif serta meningkatkan tekanan darah tinggi.”
Jutaan dolar sudah dibayarkan oleh pemerintah Jepang untuk kompensasi kebisingan ini. Sebuah kasus di November 2016 yang melibatkan Korps Marinir Air Station Futenma Tokyo juga membyar US$22,6 juta kepada sekitar 3.400 warga.