Yang menarik adalah usulan menggunakan B-21. Usulan ini lebih menekankan karena factor keamanan. Lan mengatakan teknologi rudal permukaan ke udara semakin tinggi bahkan untuk aktor non-negara dan kelompok-kelompok gerilya. Ini akan menjadi ancaman yang signifikan untuk Air Force One yang akan sangat rentan jika menggunakan 747-8.
“747 adalah target mudah radar karena ukurannya besar,” katanya. “[B-21] dibangun dengan sifat siluman, dengan kemampuan nuklir dan sangat dilindungi. Pesawat memang akan menjadi sangat sempit bagi manusia tetapi itu akan menjadi platform survivable, terutama jika dioperasikan berdua atau bertiga. ”
Rincian dari B-21 yang juga dikenal sebagai Long Range Strike Bomber ini masih dirahasiakan, tetapi pembangunan telah dimulai awal tahun lalu dengan penyebaran awal diharapkan pada pertengahan 2020-an.
Karena spesifikasi B-21 masih sangat dirahasiakan, laporan ini menggunakan dasar dari B-2 Spirit. Lam mengatakan teluk senjata internal dan kompartemen lainnya dapat dihilangkan dan dimodifikasi untuk membawa segelintir orang
Karena kapasitas penumpang mereka berkurang, jika menggunakan 737 dan B-21 maka akan membutuhkan pesawat tambahan untuk membawa staf pemerintah dan dukungan militer serta anggota pers. Personil non-esensial akan menjaga jarak dari pesawat kepresidenan utama untuk keselamatan dan berkomunikasi melalui directional, datalink terenkripsi.
Kargo berat, seperti helikopter kepresidenan dan limusin antipeluru, sudah dibawa secara terpisah oleh pesawat kargo militer, khususnya Boeing C-17 Globemaster, Lockheed Martin C-5 Galaxy dan C-130 Hercules. Pengisian bahan bakar di udara akan disediakan oleh Boeing KC-135 Stratotanker, KC-10 Extender dan KC-46.
Dalam hal prestise AS, Lam mengatakan 747 “Jumbo Jet” tidak lagi menjadi hal yang luar biasa seperti ketika diperkenalkan pada 1970-an dan bisa segera punah. Selain itu juga telah ada Airbus A380 superjumbo yang menjadikan pesawat raksasa bukan lagi hal yang mengagumkan.