Sebuah panel analis kedirgantaraan dan pertahanan mengusulkan kepada Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mencari pengganti alternative pesawat Boeing 747-8 untuk Air Force One. Salah satu yang diusulkan cukup mengejutkan yakni bomber B-21 yang saat ini sedang dibangun Northrop Grumman.
Grup yang menulis untuk Wright Williams & Kelly (WWK), perangkat lunak manajemen biaya dan perusahaan konsultan, mengatakan dalam sebuah laporan baru bahwa kekhawatiran Presiden Donald Trump tentang biaya besar untuk memodifikasi dua atau tiga Boeing 747-8 menjadi Air Force One bisa dikurangi secara signifikan dengan mengubah persyaratan yang menuntut pesawat harus menggunaka empat mesin dan bisa membawa 70 penumpang.
Pesawat dua mesin modern dinilai sangat handal dan layak untuk digunakan sebagai pesawat angkut presiden. Jika persyaratan ini diubah menjadi pesawat dua mesin maka Angkatan Udara akan memiliki alteternatif lebih banyak bukannya terbatas pada Boeing 747-8 atau Airbus A380.
Pada bulan Desember, Trump telah mengecam program Air Force One yang menurutnya menghabiskan US$ 3,2 miliar. Biaya ini dinilai tidak terkendali. Menteri Pertahanan James Mattis sejak dilantik kemudian memerintahkan ulasan lengkap dari proyek dan persyaratan untuk menghemat biaya.
Danny Lam, yang memberikan kontribusi untuk laporan WWK dan juru bicara kelompok analis ini mengatakan laporan difokuskan pada B-21 dan 737. Ini tidak mengesampingkan Boeing 767, atau airframes asing yang dibangun oleh Airbus, Bombardier atau Embraer . Tetapi pesawat dari Rusia dan China tidak dimasukkan.
Opsi paling bijaksana adalah amada 737, karena jenis tersebut telah diadaptasi untuk penggunaan militer dengan biaya besar. C-40 berbasis 737-700 sudah digunakan untuk transportasi penumpang oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS.
737 juga telah diubah menjadi kapal pemburu kapal selam P-8A Poseidon Angkatan Laut Amerika, Australia, India, Norwegia, dan Inggris. Pesawat ini juga menjadi dasar untuk pesawat peringatan dini Australia, Korea Selatan, dan Turki. Boeing juga menawarkan sebagai pengganti pesawat mata-mata E-8C, EC-130H Compass Call dan RC-135 Rivet Joint.
CFM56-7B yang merupakan versi C-40B / C dan dioperasikan oleh Angkatan Udara membawa 26-32 atau 42-111 penumpang, tergantung pada konfigurasi. Pesawat memiliki rentang 4.500-5.000 nm tanpa pengisian bahan bakar di udara. Pesawat bisa lepas landas dari Joint Base Andrews di Maryland ke Perancis, Jerman, Inggris, Amerika Selatan dan Afrika Utara.
Dengan pit-stop di Travis AFB, California, itu bisa mencapai Hawaii atau berpotensi hingga Jepang tapa pengisian bahan bakar. P-8A, didasarkan pada badan pesawat 737-800ERX, memiliki jangkauan kurang bila bersenjata lengkap dan dimuat, tapi dilengkapi dengan pengisian bahan bakar udara dan praktis lengkap dengan perlatan militer seperti antena radio dan datalink, banyak item yang sama dengan kebutuhan 747- 8 untuk Air Force One.
“Semua hal yang diperlukan 747 itu sudah dilakukan pada 737,” kata Lam dilansir Aviation Week Sabtu 10 Februari 2017. “Sebuah pesawat berbasis 737 mungkin akan memenuhi sebagian besar kebutuhan mereka dan itu akan lebih murah. Kami masih akan terbang 737 setidaknya 30 tahun ke depan. ”
737 adalah pesawat komersial terkecil Boeing, dan dapat mengakses bandara dan landasan pacu pendek dibandingkan raksasa 747-8.
Di bagian lain Lam mengatakan 767-2C lebih besar dan telah dijadikan dasar untuk membangun tanker KC-46 Pegasus Angkatan Udara. Pesawat ini juga dinilai layak untuk Air Force One.