Dari lecet dan ruam, mata gatal, dan sakit tenggorokan, banyak keluhan yang disampaikan pramugari American Airlines Group Inc terkait dengan seragam kerja baru mereka.
Tapi setelah serangkaian tes dan yang dilakukan bersama antara serikat mereka, maskapai, dan pemasok seragam, masih tidak jelas apa sebenarnya di balik meningkatnya keluhan kesehatan ini.
Asosiasi Pramugari Profesional atau Association of Professional Flight Attendants (APFA), yang mewakili pramugari untuk Amerika, telah meminta operator untuk mengecek lagi seragam baru yang telah dibagikan ke ke 70.000 karyawan mulai September 2016 lalu.
Maskapai ini mengatakan telah menghabiskan lebih dari US$ 1 juta untuk tiga putaran tes toksikologi yang, sejauh ini, belum menemukan sebab-sebab yang jelas terkait kemungkinan munculnya penyakit.
American Airlines dan serikat pekerja sebagaimana dilaporkan Bloomberg Kamis 19 Januari 2017 berunding pada protokol pemeriksaan lebih lanjut. Tetapi masalah berkembang lebih kontroversial pekan lalu di tengah komunikasi intens antara maskapai, serikat pramugari , dan pemasok seragam.
Serikat mengatakan sekitar 10 persen, atau 2.300, pramugari telah melaporkan reaksi dari seragam yang digunakan seperti memunculkan ruam kulit, sakit tenggorokan, sesak napas, kelelahan, dan vertigo. “Hal ini terus menjadi masalah serius dan berkembang, dan tidak akan dibiarkan tanpa tindakan lebih lanjut oleh perusahaan,” kata serikat Kamis.
American mengatakan pusat keluhan karyawan yang dibuka pada bulan Oktober telah mendapat 450 pengaduan formal terkait masalah kesehatan, 350 dari keluhan datang mereka dari pramugari.
Kontroversi seragam telah menjadi topik yang mendapat perhatian maskapai bahwa beberapa eksekutif telah mulai mengenakan pakaian atau seragam serupa dalam upaya untuk menghilangkan ketakutan.
Namun, pramugari meyakini bahwa bahan kimia dalam seragam seperti pewarna atau perekat mungkin menyebabkan reaksi parah yang mempengaruhi sekitar satu dari 10 pramugari.
“Saya sangat yakin bahwa ada sesuatu di kain yang menyebabkan ini,” kata Bob Ross, Presiden Serikat. “Beberapa [orang] segera bereaksi. Banyak orang lain yang merasakan efek bahkan ketika hanya di sekitar seragam. ”
Ross, seorang pramugari senior American Airlines berusia 33 tahun, mengatakan ia sendiri mengenakan seragam baru kemeja katun tersebut , “Dan setelah selesai kerja seluruh dada, leher, dan lengan merah.” Butuh waktu dua kali mandi dan membuang kemeja untuk menyelesaikan,” katanya.
Seorang pramugari berbasis di New York, berbicara melalui chat online dengan Bloomberg pada kondisi anonimitas, mengatakan tenggorokannya mulai terbakar pada satu penerbangan dan suaranya menjadi serak dan gatal-gatal. Dia mengatakan sudah janji dengan dokter untuk tes dan konsultasi.
Sejauh ini, pengujian oleh American dan Twin Hill selaku belum menemukan zat-zat yang tidak seharusnya berada di pakaian atau bahan kimia dengan tingkat melebihi batas aman.
Serikat telah mempekerjakan ahli toksikologi sendiri untuk memeriksa hasil dan telah menghabiskan lebih dari US$ 20,000. Mereka ingin American untuk mengganti biaya tersebut, kata Ross.
Pekan lalu, maskapai membantah keluhan Ross. “Keamanan dan kenyamanan anggota tim kami lebih penting dari apa pun yang kita lakukan, dan kita tahu itu adalah di garis depan misi APFA juga,” tulis Cindi Simone, Managing Director American untuk hubungan kerja.
American juga telah mengganti biaya pramugari yang telah membeli pakaian kerja baru yang mirip dengan seragam asli. Ia juga mengatakan karyawan dapat memakai seragam lama mereka.