Pencarian pesawat milik Malaysia Airlines, dengan penerbangan MH370, pada Selasa 17 Januari 2017 diakhiri tanpa menemukan jejak pesawat yang hilang pada 2014 dengan 239 orang penumpang.
Keberadaan penerbangan MH370 itu tetap menjadi misteri terbesar bagi dunia penerbangan sejak pesawat tersebut hilang dalam perjalanan dari Kualalumpur, Malaysia, menuju Beijing, China.
“Meskipun sudah menggunakan segala cara dan memakai ilmu, yang tersedia, pencarian itu belum bisa menetapkan tempat pesawat tersebut,” kata wakil dari pemerintah Australia, Malaysia dan China dalam pernyataan bersama Selasa.
Kapal pencari terakhir, yang meninggalkan tempat pencarian pada Selasa, menurut tiga negara itu, telah memeriksa wilayah seluas 120.000 meter persegi di dasar Samudra Hindia, yang menjadi sasaran pencarian selama tiga tahun.
Malaysia, China dan Australia pada Juli lalu bersepakat untuk menangguhkan pencarian bila pesawat belum ditemukan atau tidak ada bukti-bukti baru yang ditemukan setelah wilayah itu diperiksa.
Australia bulan lalu menampik suatu rekomendasi penyelidikan untuk menggeser pencarian lebih ke utara, dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti-bukti yang muncul untuk mendukung alasan penggeseran tersebut.
Sebuah kelompok pendukung yang menyebut diri Voice 370, dalam pernyataannya meminta agar para penyelidik tidak meninggalkan masalah tersebut tanpa penyelesaian.
“Dalam pandangan kami, perluasan pencarian ke wilayah baru yang ditetapkan oleh para ahli adalah merupakan tugas yang tidak dapat dihindari demi masyarakat yang berkepentingan dalam keselamatan penerbangan,” kata kelompok itu.
Jejak yang bisa dilacak satu-satunya dari pesawat itu adalah tiga keping bagian pesawat yang terdampar ke sebuah pulau di Mauritius, pulau Reunion milik Prancis dan sebuah pulau di pesisir Tanzania.
Sekitar 30 potongan benda lain, yang ditemukan di pantai Mozambik, Tanzania dan Afrika Selatan, diduga juga berasal dari pesawat itu.