Selama dua dekade terakhir, produsen pesawat Airbus dan Boeing telah bersaing keras untuk menjadi yang teratas dalam penjualan pesawat di pasar gobal tahunan yang sangat kompetitif.
Pada hari Rabu 11 Januari 2017 lalu Airbus mempertahankan posisi teratas ketika merilis telah menjual 731 pesanan pesawat selama tahun 2016 dan mengalahkan Boeing yang mampu mendapatkan pesanan 668.
Iran menjadi penentu kemenangan tahun ini. Setelah lepas dari decade sanksi barat, Iran telah menempatkan miliaran dolar untuk memesan pesawat komersial baru guna menggantikan armadanya yang bisa dikatakan sekarat karena kejamnya embargo dan sanksi.
Ketika Airbus bisa menjual 100 pesawat ke Iran tahun lalu, rival mereka dari Amerika angka penjualan tidak termasuk 80 pesawat yang disepakati dengan Iran.
Tidak jelas mengapa Airbus secara resmi melaporkan pesanan Iran sementara Boeing tidak, dan apa kriteria yang digunakan oleh masing-masing perusahaan dalam membuat keputusan mereka.
Airbus memang telah mendahului langkah dalam proses penjualan pesawat ke Iran dengan pesawat pertama telah datang di Teheran, sementara pesawat Boeing baru akan mengirimkan pesawat pertama mereka pada 2018.
Sebuah sumber yang dekat dengan Boeing sebagaimana dikutip Reuters mengatakan ada beberapa kebingungan dari produsen pesawat AS mengapa Airbus bisa menyebutkan angka pasti pesanan Iran mereka. Hal ini karena penjualan pesawat ke Iran akan sangat tergantung pada izin penjualan dari Amerika.
Para pengamat mengatakan keputusan resmi untuk melaporkan pesanan tahunan ke Iran akan tergantung sebagian pada izin ekspor Amerika yang dibutuhkan oleh kedua perusahaan karena ketergantungan mereka pada bagian AS.
Orang yang dekat dengan penawaran ini mengatakan bahwa sementara kedua pembuat pesawat telah menerima izin ekspor AS untuk penjualan ke Iran, hanya beberapa dari bagian pesawat mencakup periode pengiriman sampai 2028.
Kedua perusahaan harus mengajukan permohonan untuk ekstensi bagian dari pesanan mereka. Sumber industri mengatakan kondisi kontrak yang sama diterapkan untuk kedua perusahaan.
Sementara sumber Airbus, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan angka penjualan akhir tahun perusahaan telah diaudit dengan ketat sehingga layak untuk dipublikasikan.
Meskipun Boeing kehilangan start pertempuran, analis mengatakan itu pada akhirnya mereka akan bisa mengejar ketertinggalan atau bahkan menjegal Airbus dengan mempersoalkan penjualan tersebut melalui jalur politik.
Selama kampanye pemilu, Presiden terpilih Donald Trump sangat keras menentang kesepakatan nuklir internasional yang menyebabkan pencabutan sanksi terhadap Iran. Hal ini bisa menjadi senjata bagi Boeing untuk menjegal Airbus ketika keputusan politik diambil untuk melarang penjualan pesawat ke Iran. Airbus tidak akan bisa berbuat banyak mengingat banyak komponennya yang harus dijual dengan izin Washington.
Baca juga: