Tiga Pangkalan Angkatan Udara Indonesia (TNI AU) akan dioptimalkan menjadi bandara komersial melalui kerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk mendukung pariwisata.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin 22 November 2016, menyebutkan beberapa lanud yang akan dioptimalkan penggunaannya sebagai bandara komersial adalah Bandara Gading di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandara Wirasaba Purbalingga, Jawa Tengah dan Bandara Wiriadinata Tasikmalaya Jawa Barat.
“Ketiga Lanud TNI AU tersebut berada di wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang sangat menarik,” katanya.
Bambang menyebutkan salah satu moda transportasi yang dapat dikembangkan adalah penerbangaan karena telah ada fasitias Lanud milik TNI AU yang memadai.
Lebih lanjut, dia mengatakan langkah yang dilakukan Kemenhub dalam pengalihan Lanud TNI tersebut dapat beroperasi sebagai bandara komersial yaitu membuat nota kesepahaman antara Kementerian Perhubungan dengan TNI AU, dan Pemerintah Daerah, membentuk organisasi (Unit Penyelenggara Bandara/UPBU), memenuhi segala persyaratan keselamatan, keamanan, dan pelayanan seperti penerbitan Sertifikat Bandara (SBU), Program Keamanan Bandara (ASP), Rencana Penanganan Darurat Bandara Airport (AEP), dan lain sebagainya.
“Untuk pengembangan Lanud Wirasaba dan Gading, Kementerian Perhubungan bersama Pemerintah Daerah terkait akan segera melakukan koordinasi dengan TNI AU untuk melakukan pendayagunaan lapangan udara yang dimulai dengan penandatangan nota kesepahaman,” katanya.
Dia menambahkan Kemenhub sudah berkoordinasi dengan TNI AU terkait penggunaan Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya.
Sementara itu, Bambang mengatakan pengalihan pengoperasian Bandara Gading sebagai bandara komersial dilakukan dengan melanjutkan pengembangan sejumlah fasilitas bandara yang sudah dilakukan Kementerian Perhubungan, di antaranya pembuatan dan perbaikan taxiway, apron, dan landasan pacu, pengadaan mobil penyelamatan (rescue car) dan pengembangan fasilitas keamanan seperti pemasangan pagar di lingkungan bandara.
Bandara Gading terletak di daerah Gunungkidul yang memiliki dimensi runway 45 meter x 1.400 meter, taxiway (landasan penghubung) 18 meter x 106 meter, dan apron 70 meter x 110 meter.
“Pengoperasian bandara tersebut dapat dikembangkan untuk penerbangan pribadi maupun pesawat komersial jenis ATR, yang diharapkan mampu mendukung pengembangan potensi pariwisata dan kemaritiman di Gunung Kidul,” kata Bambang.
Adapun, Bandara Wiriadinata berjarak kurang lebih enam kilometer dari pusat kota Tasikmalaya dan berjarak kurang lebih 12 kilometer dari Terminal Tipe A Kota Tasikmalaya.
Saat ini, luas landasan Lanud Wiriadinata adalah 1.200 meter x 30 meter dan akan dilakukan perpanjangan hingga 1.800 meter.
Sedangkan luas apron saat ini adalah 37 meter x 37 meter dan luas taxiway adalah 88 meter x 25 meter.
Di sisi darat, bandara tersebut sudah dilengkapi terminal penumpang, ruang VIP, menara ATC, hanggar namun belum memiliki gedung Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKPPK).
Bambang mengatakan kondisi topografi sekitar Bandara Wiriadintaa relatif datar dan kondisi bebas hambatan atau “obstacle clear”.
“Ada beberapa tower BTS (base transceiver stastion) pada Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam tapi sudah ada rekomendasi ketinggian bangunan dari Bandara Wiriadinata,” katanya.
Dia menambahkan pada arah landasan pacu 33 dengan jarak sekitar 300 meter dari batas guna landasan pacu (threshold runway) 33 terdapat jalan akses ke pemukiman penduduk.
“Akses tersebut dapat ditutup apabila akan dilakukan perpanjangan landasan pacu,” katanya.
Sementara itu, Bandara Wirasaba, Purbalingga memiliki dimensi landasan pacu 850 meter x 50 meter yang dapat didarati Pesawat Casa 212 atau sejenisnya.
Sedangkan, dimensi apron Bandara Wirasaba adalah 100 meter x 45 meter, dan taxiway 30 meter x 25 meter.