Rivalitas Amerika Serikat dan Uni Soviet seperti tak menyurutkan Presiden pertama RI, Soekarno untuk tetap bersahabat dengan keduanya. Sebaliknya, Kedua negara pun seperti tak mau kehilangan Soekarno. Salah satu “bukti cinta” keduanya adalah hadiah pesawat khusus untuk perjalanan dinas Soekarno yang waktu itu masih sering nyewa sana sini.
Saat menjabat sebagai presiden, Soekarno sering melawat ke luar negeri. Salah satu perusahaan penerbangan langganan untuk dipinjami pesawat adalah PAN Amerika (PANAM). Maskapai legendaris Paman Sam itu berulang kali meminjamkan pesawatnya untuk Sang Putra Fajar.
Salah satu pesawat yang disewa pemerintah RI adalah DC-8 milik Pan American World Airways (PANAM). Pesawat ini dipakai Presiden Soekarno untuk melawat ke sejumlah negara. Uniknya, pesawat ini juga digunakan Soekarno dalam lawatan ke Moskow, Uni Soviet saat hubungan AS dan negara komunis itu sedang tegang-tegangnya di era Perang Dingin.
Jens pesawat lain yang dipakai Soekarno adalah, Boeing 707 milik perusahaan yang sama, Pan American World Airways (PANAM).
Pesawat ini disewa Pemerintah RI untuk lawatan Soekarno bertemu Presiden AS John F. Kennedy pada 1961. Pesawat disewa lengkap dengan pilot dan pramugari dari PANAM.
Sekembali dari AS, Amerika Serikat menghadiahi Indonesia pesawat Lockheed C-140 Jetstar yang diberi nama Saptamarga, Irian, dan Pancasila. Selanjutnya, tiga pesawat C-140 Jetstar ini dipakai Soekarno untuk menopang lawatan ke luar negeri maupun dalam negeri. Salah satu pesawat ini sempat dijadikan sebagai pesawat kepresidenan yang stand by di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengevakuasi presiden manakala bila terjadi ancaman.
Seri C-140 adalah jet bisnis sayap rendah (low wing) yang diproduksi dari awal 1960-an hingga 1970-an. JetStar juga merupakan salah satu pesawat terbesar di kelasnya selama bertahun-tahun, sepuluh tempat duduk ditambah dua awak. Hal ini dibedakan dari jet kecil lainnya oleh mesin empat, dipasang di bagian belakang badan pesawat dalam tata letak mirip dengan pesawat Vickers VC10 yang lebih besar yang terbang pertama kali beberapa tahun kemudian, dan tangki bahan bakar tetap di sayap.
Tidak mau kalah dengan AS, Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev menghadiahi dua unit pesawat Ilyushin Il-18 untuk Presiden Soekarno. Pesawat ini kemudian menjadi salah satu pesawat kepresidenan RI dan diberi nama Dolok Martimbang. Pesawat bermesin propeller ini digunakan Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan di dalam negeri dan ke kawasan regional Asia Tenggara.
Ilyushin Il-18 adalah pesawat bermesin turboprop sayap rendah (low wing). Pesawat ini adalah salah satu pesawat yang terbaik dari Uni Soviet di masanya serta salah satu pesawat yang paling populer dan tahan lama, setelah pertama kali diterbangkan pada tahun 1957 dan masih digunakan dalam penerbangan sipil 56 tahun kemudian. Il-18 adalah salah satu pesawat utama di dunia selama beberapa dekade dan secara luas diekspor. Karena daya tahan badan pesawat ini, banyak pesawat ini mencapai lebih dari 45.000 jam terbang.
Itulah hebatnya diplomasi Ir.Soekarno citra presiden yang tak tergantikan, kehidupan yang miskin apa adanya tak membuatnya ingin jadi kaya ketika sudah menjadi presiden