3 Kejadian Ketika Jet Tempur Tembak Pesawat Sipil

F – 4 Phantom Israel Tembak Jatuh Boeing 727 Lybian Airlines

Pada 21 Februari 1973 , B- 727 ” 5A – DAH ” milik Libyan Arab Airlines dijadwalkan melakukan penerbangan rutin Flight 114 dari Tripoli ke Kairo via Benghazi. Namun pesawat itu ditembak jatuh oleh dua F – 4 Phantom Israel di atas Semenanjung Sinai. Dari 113 orang di dalamnya , hanya ada 5 orang yang selamat termasuk co -pilot.

Dikisahkan setelah singgah di Benghazi – Libya Timur – pesawat melanjutkan rutenya ke Kairo. Ketika pesawat mulai terbang di atas Mesir Utara terjadi badai pasir besar yang memaksa awak yang kebanyakan berkebangsaan Perancis hanya mengandalkan navigasi dari instrumen on-board.

Ilustrasi pencegatan 2 F-4 Phantom Israel kepada pesawat Libyan Airlines
Ilustrasi pencegatan 2 F-4 Phantom Israel kepada pesawat Libyan Airlines

Situasi ini juga diperparah dengan tidak maksimalnya sistem navigasi radio Mesir. Pesawat ini berada di luar layanan komunikasi Kairo. Sekitar pukul 13:44 waktu setempat kru mulai curiga telah melakukan kesalahan navigasi karena mereka tidak bisa menemukan sinyal navigasi dan mereka tidak bisa menentukan posisi pesawat.

Ternyata pesawat itu terbang di atas Semenanjung Sinai yang pada saat itu diduduki Israel sejak Perang Enam Hari tahun 1967. Dan saat itu Israel sedang dalam kondisi siaga penuh karena ada ketegangan dengan Mesir yang kemudian memunculkan perang Yom Kippur beberapa bulan setelah itu.

Pada pukul 13:54, pesawat 727 Libya memasuki wilayah udara di atas gurun Sinai di 20.000 kaki. Beberapa menit kemudian duaF – 4 Phanthom Angkatan Udara Israel ( IAF ) mencegat pesawat tersebut. Pernyataan co-pilot yang selamat menyebutkan pilot Israel mengikuti aturan internasional terhadap pesawat sipil yang dianggap menyusup. Mereka mencoba berkali-kali untuk membuat kontak visual dengan awak pesawat dan mencoba untuk berkomunikasi termasuk dengan melambaikan tangan mereka. Menggoyang sayap dan memberi peringatan tembakan. Para kru 727 mungkin karena berada di bawah tekanan dan disorientasi ruang ekstrim tidak memperhatikan perilaku para pilot tersebut hingga justru memutuskan untuk kembali ke Barat.

Pilot Israel mulai menafsirkan bahwa pesawat itu akan melarikan diri. Mereka menembakkan meriam 20 mm tetapi tidak untuk menghancurkan pesawat. Tetapi tembakan merusak permukaan pesawat, struktur sayap dan sistem hidrolik. Sesuatu yang sebenarnya tidak menjadi maksud pilot Israel. Akhirnya pesawat Libya melakukan pendaratan darurat di padang pasir. Tetapi saat mendarat terjadi ledakan di dekat roda pendaratan utama sebelah kanan menyebabkan kehancuran sebagian besar dan mengakibatkan 108 orang dari 113 penumpang tewas.

Co -pilot yang selamat kemudian menyatakan bahwa seluruh awak tahu jet Israel ingin mengikuti mereka tapi karena hubungan antara Israel dan Libya tidak begitu mulus, mereka memutuskan untuk kembali meskipun beberapa peringatan.

“Ketika kita melihat jet-jet tempur Kapten menghubungi frekuensi Kairo terdekat dan mengatakan mereka salah arah dan dicegat oleh pesawat tempur. Lalu ia menurunkan landing gear dan menurunkan kecepatan . Pada saat itu salah satu jet menempatkan dirinya di depan kami menggoyangkan sayapnya tapi kami begitu sibuk dan khawatir dan hanya berpikir untuk segera mencapai bandara Kairo. Mulai saat itu sulit bagi saya untuk mengingat dengan baik karena sayap kanan kami terbakar dan kami mulai turun kami sampai kecelakaan di atas medan berpasir sekitar 20 km sebelah timur dari Suez Channel,” katanya.

Pada Sidang Luar Biasa ICAO diadakan pada 27 Februari 1973 , banyak Delegasi sepenuhnya mengutuk tindakan Israel yang menyatakan bagaimana Pemerintah Israel ” telah melanggar norma-norma hukum dasar dan standar penerbangan sipil internasional yang tidak mengizinkan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap pesawat udara asing sipil dan beridentitas jelas.

Tapi , di sisi lain , Tel Aviv menyatakan dengan jelas bagaimana para pilot mereka telah meminimalkan penggunaan kekuatan yang dilakukan setelah semua prosedur dilakukan. Selama tujuh menit para pilot Israel terbang di sekitarnya dan melakukan kontak visual. Tembakan peringatan juga dilakukan tetapi diabaikan.
Majelis ICAO kemudian memtuskan mengutuk Israel atas insiden tersebut dan mendorong Israel untuk mematuhi maksud dan tujuan dari Konvensi Chicago. Selama Sesi ini , banyak delegasi menyerukan perubahan mendalam aturan tentang mencegat pesawat asing sipil untuk meminimalkan risiko yang ditembak jatuh namun usulan ini tidak ditanggapi Amerika.

2. Mig -15 Bulgaria Vs El Al Constellation

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.