Ratusan penerbangan Delta Airlines harus dibatalkan dan puluhan flight lainnya terpaksa ditunda setelah maskapai penerbangan itu menghadapi krisis komputer yang memicu keributan di bandara di seluruh dunia pada pada Senin (8/8/2016).
Meskipun perintah awal telah dikeluarkan perusahaan penerbangan Amerika Serikat sekitar enam jam setelah sistem komputer menghadapi gangguan akibat pemadaman listrik, namun peringatan pembatalan dan penundaan terus terjadi karena masalah ini melibatkan puluhan ribu penumpang yang terdampar di seluruh dunia. Insiden ini menyebabkan penundaan di Amerika Serikat, Jepang, Italia, dan Inggris.
Seperti dilansir BBC, Selasa (9/8/2016), para penumpang terlihat berkerumun di konter tiket, duduk di lantai di bandara, dan mencoba untuk bersabar. Agen dan loket tiket yang melayani penerbangan tersebut juga melakukan transaksi secara manual terhadap penumpang.
Perusahaan penerbangan itu menyalahkan gangguan listrik di dekat kantor pusatnya di Atlanta, Georgia yang menyebabkan terjadinya masalah pada jaringan komputer. Delta mengatakan gangguan pasokan listrik di Atlanta yang menyebabkan krisis komputer yang dimulai pada pukul 02.30 waktu setempat.
CEO Delta, Ed Bastian, lantas menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut dan menawarkan penumpang pengembalian uang serta voucher senilai US$200 (Rp2,6 juta) dalam pesan video. “Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan dan mempengaruhi pengalaman perjalanan Anda. Tim Delta bekerja sangat keras untuk memulihkan layanan dan mendapatkan sistem kembali beroperasi secepat mungkin,” kata Bastian.
Penerbangan secara bertahap mulai kembali tetapi masih terbatas dan Delta memperingatkan bahwa dampak kerusakan komputer masih akan terus berlangsung. “Meskipun sistem semakin baik dan penerbangan dapat diteruskan, penundaan dan pembatalan akan terus terjadi,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan sekitar tengah hari.
Sampai sekitar pukul 23.00, perusahaan penerbangan itu mengatakan telah membatalkan lebih dari 740 penerbangan. Hal tersebut cukup mengguncang reputasi Delta, mengingat menurut IATA, maskapai tersebut berada di posisi ketiga dunia dalam hal pelayanan terbaik kepada konsumen.
Maskapai ini melayani sekitar 180 juta pelanggan per tahun, mempekerjakan lebih dari 80.000 orang.
Gangguan yang dialami Delta adalah kasus terbaru yang dihadapi maskapai penerbangan yang pada 2015 dinobatkan majalah The Economist sebagai top airline carrier untuk kategori jumlah penumpang. Sebelumnya, Southwest Airlines pada bulan lalu terpaksa membatalkan lebih dari 2.000 penerbangan terkait masalah komputer. (BBC.co)