Aktivitas Gunung Kerinci di Provinsi Jambi terpantau meningkat. Gunung setinggi 3.805 mdpl itu terus mengeluarkan abu vulkanik sehingga berisiko terhadap penerbangan. Jalur penerbangan pun dialihkan.
Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Novie Riyanto, menjelaskan, dari pengamatan satelit himawari, abu vulkanik Kerinci tampak di sekitar jalur penerbangan W11 di atas Sumatra. Muntahan Kerinci itu berada di flight level (fl) 140 atau 14.000 feet. Kode W menunjukkan jalur penerbangan domestik di langit Indonesia. “Jadi pesawat harus di atas itu atau menghindar dari area terdampak yang telah digambarkan,” kata dia.
Merespons kondisi ini, Kemenhub telah mengeluarkan peringatan melalui Ashtam, atau sejenis ‘notam’ (notice to airman) seri khusus dengan format tertentu yang berisi tentang perubahan aktivitas gunung berapi, erupsi, dan awan debu gunung berapi yang dapat berpengaruh terhadap pengoperasian pesawat udara. “Dengan ashtam, semua penerbangan sudah aware terhadap hal ini,” ujarnya seperti dikutip sumeks, Senin (6/6/2016).
Di dekat lokasi sendiri, ada dua bandara yang memiliki jarak terdekat yakni Bandara Muara Bungo, jarak 50 nautical miles (NM) dan Bandara Depati Parbo, berjarak 21 NM. Novie, sapaan akrabnya, memastikan dua bandara tersebut aman dari debu vulkanik Kerinci. “Kami monitor ketat volcanic ash dari gunung-gunung. Update dari satelit terus kami pantau,” kata dia.
Peningkatan aktivitas Kerinci ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Gunung yang dikelilingi Taman Nasional Kerinci Seblat itu mengeluarkan abu vulkanik setelah digoyang gempa 6,5 SR, di Barat Daya pesisir Selatan pada Kamis (2/6/2016) lalu. Gempa dirasakan hingga jambi, Riau dan Singapura.
Akibat peningkatan aktivitas ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menyatakan status waspada untuk Gunung Kerinci. Masyarakat dilarang keras mendekati kawah dalam radius tiga kilometer dari puncak kawah.