Menteri Pariwisata Arief Yahya, menyebut alasan mengapa wisatawan mancanegara asal Korea Selatan rendah disebabkan akses Direct flight Seoul ke Jakarta dan Denpasar sangat terbatas, dan semua penerbangan yang ditawarkan full service alias tidak ada low cost carrier (LCC).
Dalam upaya mendorong arus kunjungan wisman asal Korsel, Arief Yahya pekan lalu telah melakukan one on one meeting dengan delapan perusahaan di Seoul, Korsel. Terkait konektivitas, dua maskapai yakni Jeju Air dan Jin Air menyatakan minatnya untuk mengoperasikan penerbangan berbiaya rendah ke Manado dan Lombok.
”Persoalan kritis mengapa wisman asal Korea rendah itu adalah akses. Direct flight Seoul ke Jakarta dan Denpasar sangat terbatas, dan semua full service, tidak ada LCC,” sebut Arief melalui siaran pers.
Menpar meminta dukungan Pemerintah Korsel untuk merealisasikan LCC yang bisa terbang secara resiprokal. Rutenya akan dibicarakan pada level bisnis antarmaskapai.
Presiden Jeju Air Ken Choi menyatakan, pihaknya tertarik untuk terbang ke Manado karena bisa disambung dari penerbangan Jeju Air ke Filipina. “Ada dua hal yang harus kami tempuh dulu, pertama izin mendapatkan slot untuk mendarat di Manado. Kedua , kami harus punya mitra lokal, atau penerbangan Indonesia untuk bekerja sama,” kata dia.
Senada, Jin Air Co. Ltd, maskapai LCC anak perusahaan Korean Air, melihat Lombok sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas pemerintah Indonesia.
Vice President Jin Air Lee Kuang berharap Jin Air bisa segera mendapat izin mendarat di Lombok. Menpar Arief Yahya akan menindaklanjuti minat dua maskapai tersebut dengan membantu mempercepat pengurusan izin mendarat dan beroperasi di Indonesia, serta bersama-sama mempromosikan paket terbang ke Indonesia.
Kunjungan kerja Menpar ke Korsel merupakan langkah lanjutan dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Republik Korea Selatan pada 15 Mei 2016 lalu. Pada kesempatan tersebut, Menpar juga turut menyaksikan penandatanganan MoU antara DW Development Ltd Korea dengan PT Jababeka Tbk, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten.
Mereka berkomitmen investasi amenitas senilai US$500 juta. DW Development masuk sebagai pemegang saham sebesar 49% untuk membangun kawasan seluas 1.500 hektare. ”Tanjung Lesung membutuhkan total investasi sebesar US$5 miliar selama 10 tahun. Tahap pertama US$500 juta dengan perusahaan Korea itu cukup bagus,” ujar Menpar.
Presiden Direktur PT Jababeka Tedjo Budianto Liman menambahkan, sebagai tindak lanjut, pada Juni ini DW Development akan berkunjung ke lokasi untuk memastikan detail kawasannya.
Pada 2015 lalu lebih dari 15 juta orang Korsel berwisata ke berbagai negara di dunia, namun hanya 330.000 yang melancong ke Indonesia.
Sekjen ASEAN-Korea Centre (AKC) Kim Young-sun mengatakan, Indonesia punya banyak destinasi dan atraksi pariwisata tapi kendala utamanya pada infrastruktur. Dia mencontohkan, Danau Toba dan Gunung Bromo merupakan destinasi yang sangat menarik untuk dikunjungi.
”Saya berharap ada banyak orang Korea yang berwisata ke sana, tapi untuk ke sana sangat sulit. Destinasi eksotis lainnya seperti Toraja juga butuh enam jam dari Makassar,” ujarnya di Jakarta.
Mantan Duta Besar Korsel untuk Indonesia itu menegaskan pentingnya perbaikan konektivitas dan aksesibilitas untuk mendongkrak kunjungan wisman Korea.
Terlebih, tren saat ini orang Korea banyak yang berwisata ke luar negeri secara independen tanpa bantuan operator tur, sehingga kemudahan akses menjadi pertimbangan utama. ”Selain itu, promosi juga harus digencarkan,” kata dia.