Gara-gara lambatnya pemeriksaan di Bandara, lebih dari 70.000 penumpang American Airline ketinggalan pesawat tahun ini dan sebanyak 40.000 tas gagal diangkut.
Kekurangan pegawai dan lonjakan wisatawan udara telah menciptakan mimpi buruk bagi Pihak Berwenang Keamanan Transportasi Amerika Serikat (TSA), harus menjadikan waktu tunggu di bandara seperti Chicago mundur selama lebih dari dua jam.
Para pelanggan yang berjumlah 70 ribu itu hanya sebagian kecil dari 63 juta perjalanan pada penerbangan terjadwal dari American Airlines, maskapai terbesar dunia, pada April, tetapi jumlah perjalanan yang gagal kemungkinan lebih besar jika melibatkan maskapai besar pesaing mereka, Delta, United dan Southwest.
TSA mengatakan pada Rabu (25/5/2016) bahwa sekalipun telah mengambil langkah-langkah untuk mempersingkat antrean dengan mempekerjakan lebih banyak petugas penuh waktu, pihaknya tetap kekurangan pegawai untuk menangani puncak perjalanan pada musim panas kali ini.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, Jumat (27/05/2016) Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson, yang mengawasi TSA, mengatakan pada Kamis telah meminta dana sebesar US$28 juta kepada Kongres untuk meningkatkan jumlah pegawai di 20 bandara tersibuk di Amerika Serikat.
Tapi wisatawan tambahan dan pesawat yang lebih penuh akan membuat maskapai kesulitan untuk menemukan kursi kosong guna mengakomodasi pelanggan yang ketinggalan penerbangan mereka.
“Untuk mengatakan pelanggan gelisah terlalu meremehkan,” kata Kerry Philipovitch, Wakil Presiden Senior American Airlines urusan pelanggan, kepada subkomite Komite Keamanan Dalam Negeri parlemen. America Airlines ingin TSA membuat peran internal senior yang fokus pada kekhawatiran wisatawan, kata Philipovitch.
Permintaan itu muncul beberapa hari setelah Administrator TSA Peter Neffenger mengguncang manajemen TSA, dengan mengganti kepala operasi keamanan, Kelly Hoggan. TSA telah diproyeksikan akan memeriksa 740 juta orang di bandara AS tahun ini, sekitar 15% lebih banyak dibanding pada 2013. Kendati beban meningkat, TSA telah mengurangi 12% pegawainya.
Philipovitch juga merekomendasikan agar TSA pertimbangkan mengembalikan program pemeriksaan berbasis risiko seperti yang dibatalkan tahun lalu karena penyimpangan tingkat tinggi.
Dalam program ini, petugas dilatih untuk mendeteksi perilaku tidak teratur dan memeriksa wisatawan mencurigakan secara acak dalam “pemeriksaan pendahuluan” yang dapat memproses orang lebih cepat, karena mereka tidak perlu membuka sepatu dan barang-barang lainnya.