Pramugari, selain bertugas melayani penumpang, juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan kenyamanan dan keamanan penumpang selama penerbangan. Namun tugas mulia ini kadang disalahgunakan penumpang.
Ini yang dialami salah seorang pramugari yang dalam laman facebooknya memakai nama profil Stacey Cruz. Dalam keluh kesahnya di laman facebook kepada publik facebook pada 6 Mei 2016 lalu, ia mengaku telah diperlakukan bak seorang kuli di kabin oleh salah satu penumpangnya.
Akibat ulah penumpang itu, wanita yang dalam penelusuran flightzona berasal dari Quezon City, Manila, Filipina dan bekerja di maskapai low fare AirAsia tersebut harus mengalami cedera tulang rawan yang membuatnya tak bisa bekerja untuk beberapa waktu.
Peristiwa tak mengenakkan yang menimpa wanita bernama lengkap Rhia Stacey Cruz ini terjadi pada 20 Maret 2016 lalu. Ceritanya, dalam sebuah penerbangan yang tak ia sebutkan rute dan nomor penerbangannya, seorang penumpang wanita meminta tolong untuk mengangkat tas bawaannya ke overhead bin.
“Aku sebenarnya tidak masalah jika itu membantu mengangkatkan barang bawaan orang lanjut usia, wanita hamil atau anak-anak. Tapi ini, seorang penumpang yang sehat dan kapable, yang mampu mengangkat tas menaiki tangga pesawat, tapi memintamu untuk meletakkan tas di rak kabin?” tulis Stacey yang menjadi kru kabin di AirAsia sejak 2013 itu, dalam postingan status di laman facebooknya.
[Baca: Sarah Amalia: Sudah Kebal Hadapi Penumpang Ngeyel]
Stacey berusaha tetap sopan menghadapi pax perempuan itu. Menjaga agar lalu lintas di lorong kabin tetap lancar tak terjadi antrean akibat pax wanita tersebut, Stacey mengajak si pax wanita untuk bersama-sama mengangkat tas tersebut ke rak hand luggage.
Dia pun lantas membantu mengangkat tas dengan tangan kirinya. Di saat mengangkat bersamaan, si pax wanita tiba-tiba melepaskan tangannya, tak lagi ikut menopang tas. Tak ayal, tangan kiri Stacey secara tiba-tiba pula harus menopang tas yang beratnya lebih dari tujuh kilo tersebut. “Pergelangan tanganku terpuntir dan berbunyi. Seperti ada yang patah. Aku langsung lari ke emergency room (ER) setelah flight duty-ku selesai,” ungkap Stacey yang sejak Maret 2015 lalu menjadi pramugari senior di maskapai berbasis di Sepang, Malaysia itu.
Dokter di ER pun lantas memberikan obat penghilang rasa sakit. Stacey juga diminta mengikuti prosedur pemeriksaan medis dengan menjalani pemindaian X-ray. Karena tidak ada tanda patah tulang, dokter di ER mendiagnosis hanya terjadi memar otot halus dan menyarankan Stacey agar tidak banyak menggerakkan pergelangan tangan kirinya dalam beberapa hari.
“Ini membuatku dua hari off bekerja. Setelah dua hari istirahat, aku balik kerja seperti biasa. Tapi rasa sakit di tanganku tak kunjung hilang,” kata Stacey yang pernah bekerja sebagai petugas front desk hingga bartender di Camelot Hotel, Quezon City itu.
Lantaran masih terus berasa nyeri, satu setengah bulan kemudian, tepatnya pada 6 Mei 2016, wanita lulusan Ilmu Pariwisata jurusan Manajemen Travel di Siena College, Quezon City pada 2012, itu pun memutuskan untuk mengunjungi dokter orthopedis. Dari pemeriksaan spesialis orthopedis, diketahui pergelangan tangannya cedera parah yang dalam bahasa medisnya disebut TFCC atau triangular fibrocartilage complex.
“Dalam bahasa sederhana, ini berarti tulang rawanku terangkat. Aku harus segera menjalani suntikan fluoroskopi dan menjalani terapi fisik selama beberapa pekan jika kondisi tidak kunjung membaik,” kata dia.
Dalam kata-kata penutup statusnya di facebook, Stacey mengatakan:
“Dear para penumpang, kadangkali kalian pikir kami tidak mengerjakan tugas-tugas kami, tapi mengangkatkan tas [penumpang], bukan termasuk dalam job desk kami. Jika kalian tak bisa mengangkatnya, tinggalkan saja! Atau mungkin serahkan ke bagasi saat check in. Tahukah anda, mengangkatkan tas ini telah membuat cedera parah bagi kami. Tapi Anda masih bersikeras dan marah pada kami jika Anda tidak kami bantu.
Kami mungkin telah dimarah-marahi dan diteriaki oleh penumpang-penumpang yang marah karena hal ini. Lebih baik kami terima semua perkataan kotor kalian daripada kami harus mencederai diri kami seperti ini. Sebab ini membuat kami harus berhenti kerja yang berarti kami tidak dibayar. Aku harap kalian bisa bersimpati jika kami menolak untuk mengangkatkan barang bawaan kalian, sebab kalian tidak pernah membayar biaya pengobatan dan kerugian yang kami tanggung karena harus istirahat dan tak mendapat bayaran.
Dear rekan-rekan kru kabin, mari jadikan peristiwa ini sebagai pelajaran bagi kita untuk menolak mengangkatkan barang bawaan yang berat dan over sized. Lebih baik laporkan insiden seperti ini.
Kita semua adalah perlengkapan keamanan paling penting di dalam pesawat selama penerbangan. Kita semua tahu, bahwa jika kita cedera, kita tidak bisa berperforma dengan baik.
KAMI ADA DI DALAM PESAWAT UNTUK MENYELAMATKAN NYAWA, BUKAN UNTUK MENGANGKAT BARANG BAWAAN. Believe me, It’s not worth it!
Postingan Stacey di laman facebooknya ini menjadi viral dan dibagikan ulang oleh lebih dari 1.000 netizen. Dalam kolom komentar, banyak rekan-rekan Stacey menaruh simpati dan mendoakannya agar cepat sembuh.
Mungkin sebaiknya pramugari di sedikitkan lalu diperbanyak pramugara karena biasanya laki-laki lebih dapat diandalkan untuk angkat barang *feminist mode*.
tapi kalau pramugara banyak, ga ada pramugara yang berhenti (karena menikah) sehingga lowongan flight attendant bisa menipis karena tidak ada turnover.
penumpang/ pilot yang butuh wajah cantik pramugari bisa bosan di pesawat. penumpang yang butuh kapabilitas tidak akan peduli.
Dear theresia utk menjadi awak kabin tgs kami yg utama menjaga keselamatan dan kenyamanan penumpang khususnya dlm keadaan darurat.. utk mengangkat barang penumpang k ruang atas penyimpanan bkn tgs kami baik pramugari dan pramugara, krna apabila penumpang itu bs membawa barang bawaannya dr mulai cek in-ke pesawat itu artinya mereka mampu utk mengangkat barang bawaannya sendiri k ruang atas penyimpanan dan kalaupun membutuhkan bantuan kami siap membantu dengan cara bersama2 mengangkat barang bawaan tersebut k atas.. karena kalau kami mengangkat sendiri baik itu pramugari atau pramugara kl ad kejadian yg d alami awak kabin d atas itu bs menghambat tgs kami dan bs jd istrht d rmh yg bs berhari2 atau waktu yg tdk bs d tentukan atau tdk bs trbg lagi d karenakan mengalami luka yg serius dan itu menghambat kami untuk mencari penghasilan.. ada baiknya jika ingin nyaman barang bawaan trsebut bs d bagasikan krn d tiap tiket dan pd saat cek in sdh d terangkan bagasi yg d bw k pesawat hnya beberapa item dan ad ukurannya.. mhn maaf jika penjelasan saya tdk berkenan, saya menjelaskan krn saya jg awak kabin dan pnh mengalami kejadian cerita d atas..:)
Dear theresia sebagai awak kabin kami di latih dan di tugaskan utk membuat nyaman dan aman penumpang khususnya dlm KEADAAN DARURAT.. mengangkat bagasi penumpang BUKAN tgs kami baik pramugari atau pramugara, karena apabila penumpang itu bs membawa barang bawaannya mulai dr cek in smpai ke pesawat itu artinya dia mampu utk mengangkat barang bawaannya k ruang atas penyimpanan bagasi dan kalaupun mereka membutuhkan bantuan kami siap membantu dgn cara yg sopan meminta mengangkat brg trsebut bersama2 k ruang atas penyimpanan bagasi.. baiknya bila tdk ingin repot bagasi trsebut bs d bagasikan krn d tiket dan pd saat cek in sdh d terangkan bagasi yg d bw hanya beberapa item dan ada ukurannya yg bs d bawa k kabin pesawat.. apabila kami mengalami kejadian awak kabin d atas pd saat boarding itu bs menghambat proses boarding dan mengalami penundaan jika mengalami luka serius.. dan itu bs membuat kami beristirahat smp waktu yg di tentukan atau membuat kami berhenti trbg yg menghambat kami utk mencari penghasilan.. mhn maaf apabila penjelasan sy tdk berkenan krn saya jg awak kabin dan prnh mengalami kejadian cerita d atas..:)