Merasa kewalahan bersaing dengan rivalnya dari maskapai bertarif rendah, British Airways tak lagi memberikan diri makanan gratis kepada penumpang.
Alex Cruz, Chief Executive BA pada April lalu mengatakan, maskapai harus mulai memberlakukan charge ke penumpang untuk makanan dalam penerbangan jarak pendek.
Cruz mengaku telah mempertimbangkan untuk memboyong Waitrose, perusahaan retail ternama di Inggris, untuk menyediakan berbagai produk premium kepada pelanggan. “Ini menjadi sebuah langkah untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dari penerbangan jarak pendek,” kata Cruz seperti dikutip Independent, Senin (16/5/2016).
Dalam beberapa tahun terakhir BA berjuang keras dalam bersaing melawan easyJet, yang sejak awal kemunculannya pada 1995, telah menerapkan strategi pemberian makanan dan minuman berbayar bagi penumpangnya.
Persaingan bisnis menjadi kian ketat di Bandara Gatwick, di mana easyJet saat ini telah menguasai 42% dari penumpang di bandara tersebut.
Hingga sekarang, BA masih mempertahankan kebijakan makanan gratis, menjanjikan pelanggan “Kapanpun dan di manapun Anda bepergian, kami menawarkan camilan gratis atau makanan dan layanan bar.”
Adapun untuk penumpang pada penerbangan BA yang durasi terbangnya lebih lama, seperti misal jurusan London-Athena atau London-Istanbul, BA masih mempertahankan pemberian tiga hidangan makanan cuma-cuma sesuai slogan janji yang melekat pada perusahaan itu. Pada penerbangan pendek, penumpang hanya mendapat paket kecil seperti pretzel yang diproduksi massal.
Sebaliknya, untuk penerbangan murah meyakini penumpang akan dengan senang hati mengeluarkan uang lebih untuk makanan enak. Seperti easyJet yang menjual sandwich focaccia seharga 4,5 euro atau sekitar Rp 67.000.
Meminta penumpang ekonomi membayar makanan dianggap membantu membedakan kelas ekonomi dengan layanan Club Europe BA. Beberapa penumpang kelas bisnis BA dikabarkan mengkritik program densifikasi terbaru di armada Airbus A320 karena dianggap telah mengurangi kenyamanan.
Konsultan maskapai, John Strickland mengatakan, selama BA mampu membedakan layanan penumpang tarif rendah dengan penumpang yang membayar tiket lebih mahal, seharusnya transisi tersebut bisa berlangsung sukses.
Malcolm Ginsberg, Editor Business Travel News mengomentari langkah BA ini. “Waitrose terlihat memiliki banyak pelanggan kelas menengah. Tampaknya cocok jadi partner bisnis GA. Langkah ini juga bisa bantu kurangi sampah.”
“Kami selalu mendengar ide dan masukan dari pelanggan. Kami terus mencari berbagai cara untuk membuat pengalaman penerbangan penumpang lebih menyenangkan. Dan ketika kami memiliki sesuatu yang baru untuk diumumkan, kami akan memberitahu Anda,” ujar seorang juru bicara BA.
Sebelumnya, BA telah memiliki pengalaman menjual makanan dalam layanan penerbangan. Ada penawaran untuk penumpang jarak jauh dari Heathrow berupa upgrade menu Gourmet seharga 18 euro atau sekitar Rp270.000. Menu ini termasuk poached king prawns with sliced mushrooms dan braised Herefordshire beef cheek.
Sementara itu beberapa awak kabin BA mengaku risau karena peningkatan pilihan makanan dan sistem pembayaran di atas pesawat akan menambah beban kerja mereka, terutama untuk penerbangan jarak dekat.
Tiga tahun lalu BA mengadopsi kebijakan penarifan tas atau koper bagasi. BA menjual tiket penerbangan jarak dekat dengan mengizinkan sebatas tas atau koper tangan saja dibawa ke kabin untuk penerbangan dari dan ke Gatwick. Kini langkah tersebut telah diberlakukan ke rute Eropa lainnya.