Perusahaan raksasa pembuat pesawat Boeing Co mengalami penurunan laba pada kuartal pertama 2016. Penurunan laba perusahaan yang berbasis di Chicago itu mencapai 9% dibandingkan tahun lalu, dengan postingan laba US$1,2 miliar.
Pendapatan naik 2% menjadi US$2,26 miliar, namun tidak cukup untuk mengimbangi biaya yang lebih tinggi untuk produksi dan tenaga kerja.
Boeing sedang dalam proses mengurangi sekitar 4.500 dari 160.000-orang tenaga kerja mereka untuk membantu merasionalisasi biaya. Sekitar 4.000 pekerja yang akan diberhentikan ada di unit pesawat komersial.
Perusahaan ini mendapat 5.740 pesanan pesawat jet komersial pada akhir Maret. Namun jumlah pesanan untuk pesawat baru telah menurun karena harga minyak telah jatuh dan sebagian penerbangan memiliki kebutuhan untuk memetakan kembali pesawat masa depan mereka.
Sementara daftar harga pesawat baru terus meningkat, persaingan sengit terjadi dengan produsen pembuat pesawat asal Eropa, Airbus, dan surplus pesawat bekas murah yang telah menyebabkan pemotongan dalam harga yang sebenarnya dibayar oleh maskapai penerbangan. Boeing menilai backlog pesanan pesawat itu sekitar US$424 miliar. Namun sebagian besar uang itu belum terbayarkan hingga pesawat dibikin dan dikirimkan.
CEO Boeing Dennis Muilenburg kepada analis Wall Street pada Rabu (27/4/2016) lalu mengatakan, harga minyak yang turun tidak mengubah pandangan perusahaan terhadap pembelian jet untuk masa depan.
Perusahaan telah mengirimkan sebanyak 176 jet komersial pada kuartal tersebut, turun dari 184 pada periode sama tahun lalu.
Selama tiga bulan pertama tahun ini, produk Boeing dan biaya tenaga kerja meningkat menjadi US$ 19,1 miliar, naik 3,2%dari periode sama tahun lalu. Hal ini juga menghabiskan tambahan US$148 juta atau 19% pada penelitian dan pengembangan. Perusahaan itu sedang fokus mempersiapkan diri menggembangkan jet generasi baru populer 737 dan 777. (SUMBER: chicago.suntimes.com)