Selain menyenangkan bisa mencicipi kuliner, mengamati budaya dan bahasa di berbagai daerah di Nusantara, menjadi pramugari di sebuah maskapai penerbangan domestik juga mesti siap menghadapi ancaman keamanan. Termasuk ancaman yang justru muncul dari penumpang.
Salah satunya yang dialami Novita Lufiana Sari, pramugari maskapai penerbangan nasional Lion Air. Wanita yang saat kecil super cengeng ini, mengaku pernah punya pengalaman tak mengenakkan berkenaan dengan penumpang yang ia pandu selama penerbangan.
“Kejadiannya, pesawat sudah lepas landas dan malah sudah mau mendarat. Penumpang saya tiba-tiba berkata dia membawa pistol di dalam tasnya,” kata Vita mengisahkan kepada flightzona.com, Senin (18/4/2016) lalu.
Begitu mendengar ancaman datang, sebagai pramugari yang telah dilatih menghadapi situasi darurat, Vita tak lantas kehilangan akal sehat. Ia berusaha tetap tenang. Kendati jantungnya berdebar antara percaya tidak percaya, ia dengan sigap tetap mengingat prosedur keamanan yang harus cepat-cepat ia lakukan. “Saya langsung lapor ke Cabin One [Flight Service Manager/FSM], dan Cabin One meneruskan ke Capt,” ujar wanita kelahiran Sleman 21 tahun lalu itu.
Belakangan, setelah tahu dilaporkan, penumpang pria itu mengaku yang dia maksud pistol itu hanya pistol mainan. Namun prosedur keamanan tetap harus dijalankan. Seremeh apapun, sebuah ancaman terhadap keselamatan penerbangan tetap menjadi bagian tanggung jawab pramugari, begitu yang ada di benak Vita.
Captain Pilot, kendati memegang tanggung jawab tertinggi, ia tidak bisa melihat ke dalam area penumpang. Mereka bergantung pada mata dan telinga pramugari. Pramugarilah yang harus waspada dengan apa yang terjadi di dalam pesawat, dan menginformasikan kepada pilot bila ada ancaman atau situasi darurat.
Begitu mendarat, penumpang iseng itu tetap diamankan petugas keamanan bandara. Selama memandu penumpang, kata Vita, seorang pramugari tak boleh menganggap remeh penumpang iseng atau unruly passenger . “Ya itulah sensitifnya dunia penerbangan,” kata Vita. “Siapa yang tahu juga penumpang itu sekadar iseng atau betulan bawa pistol.”
Kendati profesinya dibayangi risiko dan cukup melelahkan, penyuka sayuran dan buah-buahan ini jusru merasa kian tertantang untuk terus meningkatkan kompetensi dan performanya sebagai seorang kru kabin. Ia, misalnya, jarang memanfaatkan waktu liburnya untuk hangout ke klab malam atau berhura-hura. Vita justru lebih suka memanfaatkan waktu libur beristirahat dan berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.
Saat libur, ia biasa mengisi waktu dengan jogging keliling mess Lion Air di Balaraja, Tangerang. “Kadang nge-gym, atau berenang,” kata wanita yang sama sekali tak suka menyantap ayam potong ini.
Maklum, sebagai pramugari, Vita dituntut selalu fit agar bisa tetap semangat memandu penumpang selama penerbangan. Apalagi, tantangan terbesar sebagai pramugari justru menjaga berat badan tetap proporsional di tengah godaan mencicip sejumlah kuliner di beberapa destinasi baru.
Satu hal lagi yang menjadi kebiasaan Vita adalah masih selalu mengabarkan kepada orang-orang tercintanya, terutama orang tua saat ia landing di suatu kota. “Ponsel kami lebih sering off sebelum take-off. Selesai landing baru kami nyalakan. Saya masih sering telepon memberi kabar setiap usai landing, dalam perjalanan ke hotel atau ke mess. Satu menit itu berharga untuk memberi kabar,” ujarnya.
Baca juga:
Novita Lufiana: Pramugari Ayu Ini Saat Kecil Pernah Jadi Korban Bullying