PT GMF AeroAsia, anak usaha Garuda Indonesia di bidang perawatan pesawat, menyatakan belum memutuskan untuk pembangunan hanggar perawatan pesawat di pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau yang dijalin dengan perusahaan asal Singapura.
“Nota kesepakatan sudah tidak valid, dan kami belum memutuskan untuk melanjutkan kerja sama pembangunan hangar di Bintan,” kata Direktur Utama PT GMF AeroAsia Juliandra Nurtjahjo dalam rilis yang diterima di Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Sebagaimana diketahui, Nota kesepakatan kerja sama antara GMF dan Bintan Aviation Investment (BAI) anak perusahaan Gallant Venture, Ltd dari Singapura, ditandatangani pada 8 Desember 2014.
Nota kesepakatan itu adalah untuk pembangunan hangar perawatan pesawat berbadan lebar dan pendirian perusahaan patungan yang mengelola bisnis perawatan pesawat di Pulau Bintan.
Keputusan untuk belum memutuskan untuk melanjutkan kerja sama itu, ujar Juliandra, diambil berdasarkan kajian panjang dan pertimbangan matang dengan merujuk pada arahan pemegang saham perseroan untuk kebaikan kedua belah pihak.
Juliandra mengatakan GMF memiliki rencana jangka menengah dan jangka panjang yang telah disesuaikan dengan kebutuhan internal sekaligus mengantisipasi kondisi eksternal. “Dalam konteks ini ekspansi bisnis GMF akan tetap dilaksanakan,” tuturnya.
Ia memaparkan, salah satu rencana yang sedang dimatangkan adalah menambah satu hangar lagi (Hangar 5) di Cengkareng. Saat ini, GMF telah mengoperasikan empat hangar untuk perawatan pesawat “wide body” maupun “narrow body” di kawasan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Jika keputusan menambah satu hangar diambil, maka GMF dinilai akan mengoperasikan lima hangar sekaligus pada tahun-tahun mendatang. “Ketersediaan kapasitas menjadi perhatian kita karena pertumbuhan pasar yang sangat cepat,” ujarnya.
Menurut dia, GMF terus berusaha meningkatkan utilisasi kapasitas yang tersedia seoptimal mungkin karena target akselerasi pemasukan 2018 mencapai US$390 juta dengan laba bersih US$60 juta.