Penerbangan langsung dari Paris, Prancis, menuju Teheran, Iran, kembali normal setelah selama delapan tahun sejak 2008, terhenti akibat sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat kepada Iran karena aktivitas program nuklir yang dilakukan Negeri Para Mullah itu.
Pada Minggu (17/4/2016), sebuah pesawat Airbus A330 milik maskapai Air France yang membawa 170 penumpang tiba di Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran, pada 15.30 GMT, 20 menit lebih cepat dari jadwal. . Pendaratan Air France di ibu kota Iran itu membawa Menteri Transportasi Prancis Allan Vidalies beserta 15 delegasi.Vidalies dan rombongan akan menghabiskan dua hari di Teheran.
“Saya cukup bangga dengan dimulainya kembali penerbangan langsung dari Paris ke Teheran, hal ini sangat penting dalam hubungan kemitraan kedua negara,” kata Vidalies seperti dikutip Associated Press (AP), Senin (18/4/2016). Wakil Menteri Transportasi Iran Ali Abedzadeh, mengaku senang melihat Air France kembali membuka layanan penerbangan di Teheran.
Landingnya pesawat Airbus itu menjadi momen bersejarah setelah penerbangan Paris-Teheran tertunda selama delapan tahun akibat program nuklir Iran. Sehingga pada 2008, penerbangan menuju Iran dihentikan maskapai Prancis tersebut.
Setelah perjanjian antara Iran dengan enam kekuatan dunia, yakni China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman yang setuju untuk menekan pengembangan nuklir dari Negeri Para Mullah tersebut, perlahan sanksi yang dijatuhkan mulai diangkat.
Namun, kembalinya layanan penerbangan Paris-Teheran menimbulkan kontroversi, setelah maskapai penerbangan tersebut menerima sebuah memo internal yang mengimbau awak kabin perempuan harus mengenakan celana panjang dan jaket longgar selama penerbangan. Para pramugari juga diwajibkan menutup rambut mereka dengan syal ketika meninggalkan pesawat.
Peraturan penggunaan jilbab memang sudah berlaku di beberapa negara tujuan, seperti Arab Saudi. Namun, seorang pejabat maskapai mengatakan pramugari akan diizinkan memilih rute lain jika tidak ingin melakukan penerbangan ke Teheran, dan maskapai akan menunjuk “unit khusus” untuk menggantikan mereka yang tidak ingin terbang ke Teheran.
Sementara itu, maskapai Alitalia dari Italia, Australian Airlines, dan Lufthansa dari Jerman telah membuka penerbangan ke Teheran. Adapun British Airways juga berencana untuk melanjutkan penerbangan London-Teheran pada Juli 2016.