Asosiasi Jasa Perawatan Pesawat Indonesia atau Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) turut berupaya mendongkrak kapasitas sumber daya manusia industri perawatan pesawat melalui penambahan politeknik dirgantara.
IAMSA mencatat, Indonesia kekurangan teknisi penerbangan karena sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesia hanya menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, jauh dari kebutuhan yang mencapai 1.000 orang setiap tahun.
Ketua Dewan Pimpinan IAMSA Richard Budihardianto mengatakan bisnis penerbangan yang terus bertumbuh, IAMSA memperkirakan Indonesia akan membutuhkan 12.00p-15.000 tenaga ahli hingga 15 tahun ke depan. Pendirian politeknik, termasuk mengubah politeknik umum menjadi fokus ke teknik dirgantara, menjadi upaya menyiasati pemenuhan kebutuhan ini.
“Jadi kami sedang mengebut dan kami optimistis mampu mengisi peluang kerja ini,” ucap Richard melalui keterangan tertulisnya.
Richard juga mengungkapkan, perusahaan MRO di luar negeri terus meningkatkan kapasitas dan penyediaan fasilitas. Dia menghitung, peluang bisnis MRO didapat dari anggaran pemiliharaan setiap maskapai yang sedikitnya US$1 miliar atau sekitar Rp13,2 triliun per tahun.
“Dengan kenaikan jumlah penumpang rata-rata 15 persen per tahun dan bahkan lebih maka industri MRO nasional harus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Jika kita tidak bangun sendiri, asing yang akan ambil peluang,” katanya. (SUMBER: Tempo.co)