Seorang pramugara gay dari maskapai penerbangan Air France meluncurkan petisi online menentang penugasan terhadap staf homoseksual untuk terbang ke Iran. Petisi ini muncul setelah anggota awak kabin perempuan menolak terbang di rute sama karena mereka tidak ingin dipaksa memakai jilbab.
“Tentu, seksualitas kami tidak ditulis pada paspor kami dan itu tidak mengubah cara bekerja kami sebagai kru,” kata pramugara yang diidentifikasi sebagai ‘Laurent M,’ menulis dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah Prancis dan CEO Air France, Frédéric Gagey.
“Tapi itu tak terbayangkan untuk memaksa seseorang pergi ke sebuah negara di mana anda dikutuk hanya karena orientasi seksual,” lanjutnya seperti dikutip Russia Today, Selasa (12/4/2016).
Petisi online bertitel “Pramugara Gay dari Air France tolak Terbang lantaran Hukuman Mati di Iran” itu, menyebutkan, bahwa homoseksualitas diancam hukuman mati untuk orang dewasa di Iran. Ada homoseksual bagi anak di bawah umur, bakal menghadapi hukuman 74 cambukan di Republik Islam.
Petisi tersebut, sejauh ini telah mendapatkan lebih dari 2.000 pendukung.
Petisi tersebut, muncul selang sepekan setelah para pramugri Air France dan pilot wanitanya, menolak terbang dari Paris ke Teheran karena mereka tidak ingin dipaksa memakai jilbab dan celana longgar.
Dua organisasi yang mewakili awak kabin wanita, SNPNC dan Unsa PNC, mengatakan bahwa memaksa wanita terbang ke Teheran akan menjadi sebuah “serangan terhadap kebebasan hati nurani dan kebebasan individu,” serta “kebebasan perempuan.”
Penolakan para anggota staf perempuan itu diterima perusahaan. Maskapai menerima bahwa mereka bisa menolak untuk bekerja pada rute tanpa menghadapi hukuman. Air France menangguhkan penerbangan ke Teheran pada 2008, tetapi melanjutkan rute itu mulai pekan depan setelah sanksi internasional terhadap Teheran atas program nuklirnya dicabut. (SUMBER: Russia Today)
