Lebih dari delapan dekade setelah penerbangan solo Amelia Earhart melintasi Atlantik, dunia masih saja kekurangan pilot wanita, tak terkecuali di Asia yang pertumbuhan bisnis penerbangannya sedang moncer.
Ketua International Society of Women Airline Pilots, Liz Jennings Clark, mengatakan, hanya sekitar 5% pilot di dunia adalah wanita, dan sangat sedikit di antaranya menjabat sebagai kapten pilot.
Tapi saat ini, perusahaan penerbangan mulai dipaksa industri untuk mempekerjakan pilot wanita, sebab kekurangan pilot sangat banyak. Menurut Cherry Carbary, VP layanan penerbangan untuk Boeing Co yang memberikan pelatihan untuk pilot baru, kawasan Asia saja tercatat mentransportasikan 100 juta penumpang baru tiap tahunnya.
Untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah dunia, Asia akan butuh sekitar 226.000 pilot dalam dua dekade. “Ada permintaan besar untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan yang akan menghapuskan bias gender,” kata Carbary.
Beberapa maskapai penerbangan telah mencobanya. Contohnya, Vietnam Airlines Corp, berdasarkan estimasi International Air Transport Association akan menjadi salah satu dari 10 perusahaan penerbangan di dunia yang bertumbuh cepat.
Pertumbuhan ini menciptakan jadwal kerja yang sangat ketat. Sementara EasyJet Plc yang berbasis di Inggris menerbitkan beasiswa bagi wanita, bekerja sama dengan British Women Pilots Association.
Iklan rekrutmen juga meningkat untuk meminta wanita menjadi pilot. British Airways Plc bahkan memajang foto pilot wanita di situs kariernya. Sementara EVA Air sudah memiliki 50 pilot wanita dari 1.200 pilotnya.
Namun, pelatihan pilot butuh waktu lama, pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Seorang kapten pilot bahkan membutuhkan 3.000 jam penerbangan atau lebih belum termasuk waktu sekolah. Oleh sebab itu, wanita yang menjadi pilot bisa butuh waktu antara 12-15 tahun untuk menerbangkan pesawat sendiri. “Menemukan kru yang bagus bukan hal mudah,” kata Richard Yeh, pelatih pilot dari EVA Air, yang mencoba mempekerjakan 100 pilot per tahun untuk memenuhi permintaan.
Asia bukan satu-satunya wilayah yang mengalami kekurangan pilot. Tujuh dari 10 perusahaan penerbangan dengan pertumbuhan tercepat juga ada di Afrika. Secara global, jumlah pelancong diperkirakan akan tumbuh dua kali lipat hingga 7 miliar pada 2034. Demikian data taksiran dari International Air Transport Association.