Pramugari pesawat maskapai Mesir, EgyptAir, yang dibajak di Siprus tetap tenang saat mengantarkan para penumpang yang dievakuasi di tengah pembajakan yang berlangsung pada Selasa (29/3/2016) lalu.
Salah satu pramugari pesawat maskapai Mesir, EgyptAir, yang dibajak di Siprus menuturkan kisahnya. Dalam salah satu rekaman video amatir, seperti dilansir media lokal Mesir, Ahram Online, Kamis (31/3/2016), terlihat salah satu pramugari berdiri di tangga pesawat dan dengan tenang mengantarkan para penumpang yang diperbolehkan pergi oleh pelaku, yang diidentifikasi sebagai Seif El Din Mustafa.
Pramugari bernama Nehal Barkouky itu terlihat tenang saat mengantarkan penumpang keluar pesawat. Dia memeluk salah satu penumpang dan bahkan melambaikan tangannya saat mengantar penumpang yang dievakuasi. Saat itu, pelaku pembajakan masih ada di dalam pesawat, mengenakan sabuk yang diklaim berisi peledak. Belakangan, sabuk peledak itu dinyatakan palsu oleh otoritas keamanan Siprus.
“Anda berakting dan Anda harus berakting dengan baik. Dalam situasi seperti ini, Anda harus berakting lebih bagus dari aktor [profesional] karena ini kehidupan nyata, mereka harus melihat Anda tetap tenang, dengan make-up dan senyuman,” tutur Barkouky kepada Ahram Online.
Rekaman video kemudian menunjukkan Barkouky berhenti sejenak ketika akan masuk kembali ke pesawat. “Saya melangkah pada hal yang tidak jelas, kepada pria yang mengancam kami dengan sabuk peledak. Saya tidak bisa pergi bersama penumpang, tugas saya belum selesai,” ucapnya.
Pembajakan itu terjadi 15 menit setelah pesawat lepas landas dari Alexandria menuju Kairo, Mesir. Pelaku memaksa pilot mengalihkan penerbangan ke Siprus.
Barkouky menuturkan, pelaku yang duduk di deretan belakang menemui awak dan meminta agar kertas berisi pesannya diserahkan ke pilot. Pesan itu berbunyi “Pesawat telah dibajak, mendaratlah di Yunani, Turki atau Siprus. Jika pilot memilih melanjutkan penerbangan ke Kairo, semuanya hilang.”
Pelaku saat itu menunjukkan sabuk peledak yang dikenakannya. Barkouky menuturkan, saat itu dirinya tidak bisa menilai apakah sabuk peledak itu asli. “Tapi sebagai profesional, kami dilatih untuk tidak meremehkan setiap situasi dengan mempertaruhkan nyawa bahkan satu penumpang pun di pesawat,” ujarnya.
Oleh karena itu semua awak dan pilot menganggap ancaman itu serius.
Pelaku, sebut Barkouky, kemudian meminta paspor seluruh 55 penumpang dikumpulkan untuk mencari tahu kewarganegaraan mereka dan memisahkan warga asing. Begitu pesawat diizinkan mendarat di bandara Larnaca, Siprus, awak pesawat berhasil berunding dengan pelaku untuk membebaskan penumpang.
Tersisa tiga penumpang yang bukan warga Mesir dan empat awak di dalam pesawat. Beberapa saat kemudian, pelaku menyerahkan diri kepada otoritas Siprus, setelah sebelumnya membebaskan tiga penumpang dan empat awak yang tersisa. Total nyaris tujuh jam pesawat mendarat di Siprus dan pembajakan berlangsung.