PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto mengaku belum mendapat laporan atau keluhan mengenai gangguan laser pen oleh para pilot pesawat komersial.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto Agus Pandu Purnama mengharapkan gangguan semacam itu tidak akan pernah terjadi.
Agus mengungkapkan, laser pen memang bisa mengganggu pandangan pilot dan bisa berakibat fatal. Ia menjelaskan, ketika akan mendarat, pesawat akan menggunakan instrumen landing system. Pesawat harus berada pada ketinggian yang tepat dan saat akan mendarat, instrumen itu akan dilepas sehingga pilot wajib melihat landasan.
“Misalnya saat hujan lebat, kalau pilot tidak bisa melihat landasan, dia akan naik lagi. Untuk landing, wajib harus lihat [landasan]. Kalau enggak, bisa berbahaya,” kata dia, belum lama ini.
Berbeda dengan di Yogyakarta, laser sudah menjadi perhatian serius Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali-Nusra. “Untuk pengaduan laser pada 2015 ada empat laporan yang kami dapat. Itu dioperasikan di wilayah Pantai Jimbaran, Pantai Nusa Dua, Tabanan dan Seminyak, pada saat proses pendaratan pesawat,” kata Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Yusfandri Gona, Minggu (13/3).
Ia menjelaskan, ancaman laser belum berpengaruh terhadap pengoperasian bandara. Meski demikian, hal itu sangat berisiko bagi keselamatan penerbangan.
“Memang cahaya laser itu menarik bagi masyarakat, tapi itu mengganggu dan membahayakan keselamatan penumpang pesawat. Sedangkan kekuatan laser, kami tidak tahu jangkauan dan radius pengaruhnya,” imbuhnya.
Yusfandri menambahkan, dari 2014 hingga 2015, ada peningkatan penggunaan laser. Dia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Polda Bali untuk mengawasi pemakaian laser di masyarakat.
Beberapa waktu lalu warga Ambon, Maluku banyak yang memainkan laser pen sampai mengganggu penerbangan yang singgah di kota itu. Banyak maskapai mengeluh ke Pemkot Ambon.
