Berdasarkan sebuah penelitian terbaru, akibat perubahan iklim, penerbangan dari Inggris menuju Amerika kini harus ditempuh dalam waktu yang lebih lama. Harus dihadapi, perubahan iklim secara ekstrem akan membuat seseorang harus mengorbankan lebih banyak waktu ketika melakukan perjalanan jauh.
Para peneliti mengatakan pemanasan global kemungkinan mempercepat arus jet, yaitu angin yang sangat kuat pada ketinggian yang bertiup dari barat ke timur menyebrangi Atlantik.
Dikutip dari The Guardian, hal tersebut mengakibatkan perjalanan dari London ke New York melewati Samudera Atlantik menjadi lebih lama satu menit 18 detik. Setiap harinya ada 300 penerbangan bolak-balik di rute tersebut. Artinya, ada tambahan waktu sampai dua ribu jam per tahun.
Tak hanya itu, penggunaan bahan bakar juga menjadi lebih boros. Setidaknya ada tambahan US$22 juta atau senilai dengan Rp296 miliar untuk pembelian bahan bakar. Alhasil, emisi karbon pun bertambah banyak. Diperkirakan ada tambahan 30 kilogram emisi karbondioksida akibat hal tersebut.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environment Research Letters membuktikan hal tersebut. Mereka menggunakan model iklim untuk merangsang bagaimana karbondioksida di atmosfer bisa bertambah dua kali lipat dan mempengaruhi angin di angkasa.
Para peneliti yang berasal dari University of Reading itu kemudian memasukkan data tersebut ke program jalur penerbangan. Hasilnya, ternyata penerbangan dari London membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya.
Sebaliknya, untuk penerbangan dari New York, bisa ditempuh dalam waktu di bawah lima jam 18 menit. Lebih cepat rata-rata empat menit dari perhitungan yang dilakukan para peneliti. Mungkin jeda waktu itu hanya terlihat beberapa menit saja, namun jika diakumulasi dampaknya cukup signifikan.
“Berita buruknya untuk para penumpang yang terbang ke arah barat akan menghadapi angin yang lebih kuat,” kata ketua peneliti yang merupakan peneliti atmosfer University of Reading, Paul Williams seperti dikutip dari Independent.
“Berita baiknya, penerbangan ke arah timur akan didorong oleh ekor angin yang lebih kuat, tapi tidak cukup untuk mengganti rugi penerbangan ke arah barat yang lebih lama. Hasilnya, perjalanan bolak-balik menjadi lebih lama,” katanya.
Wiliam mengatakan arus jet ini tidak hanya berada di atas Samudera Atlantik saja. Arus itu bergerak ke seluruh penjuru Bumi dan ada juga di belahan Bumi bagian selatan. Jadi, menurutnya hal itu bisa saja mempengaruhi penerbangan lainnya.
Bumi dalam keadaan darurat iklim. Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan dampak pemanasan global yang semakin cepat terjadi di planet ini. Beragam faktor menjadi penyebab Bumi semakin panas. Salah satunya perkembangan ternak sapi di dunia ternyata turut memicu cuaca menjadi semakin gerah. Industri peternakan bahkan dianggap menyumbang sepertiga dari percepatan pemanasan global.