Hasilnya, spoiler atau rem pada sayap yang diproduksi Airbus meniru struktur teratai dan dicetak secara tiga dimensi dengan laser. Spoiler ini memiliki konstruksi logam yang sangat ringan dan stabil. Tanpa teknologi 3-D, spoiler sayap ini tidak bisa diproduksi.
Bukan cuma teratai yang bisa dijadikan inspirasi untuk konstruksi ringan. Alga plankton juga mampu menahan bobot yang sangat tinggi. Prinsip konstruksi ini tercipta lewat evolusi jangka panjang.
Ilmuwan lalu meniru alga plankton untuk membuat struktur konstruksi ringan yang kemudian digunakan di banyak bidang, antara lain untuk pembuatan pesawat atau mobil. Salah satu bagian sayap pesawat juga dibuat dengan konsep sama dengan mesin cetak tiga dimensi.
Desain pesawat dibuat dengan teknologi bionik. Badan pesawat misalnya terlihat seperti sebuah pohon. Studi yang diusung Airbus ini memang belum mungkin diproduksi dengan teknologi yang ada saat ini. Tapi desain dan konsepnya memberikan prespektif mengenai burung besi masa depan.
Mesin cetak logam yang mulai digunakan Airbus pada 2016 bisa memproduksi bagian-bagian kecil pesawat – hingga panjang sisi sekitar satu meter. Mesin cetak 3D saat ini memang belum bisa memproduksi seluruh bagian pesawat. Tapi teknologi yang ada mampu membuat bagian kecil menjadi lebih ringan dan dengan begitu membantu menghemat bahan bakar.
Keren dah. Idenya bagus banget