Maskapai Garuda Indonesia berhasil meraup laba di tengah upaya mengurangi biaya operasional.
Dalam pernyataan resminya seperti dikutip Jakarta Globe, maskapai pelat pemerintah ini membukukan laba US$77,9 juta atau sekitar Rp1,01 triliun pada 2015.
Menurut presentasi perusahaan, maskapai telah berusaha untuk meningkatkan pendapatan dengan restrukturisasi penerbangan dan memotong “rute yang tidak menguntungkan,” termasuk ke Brisbane, Taipei dan Narita.
Secara umum pendapatan usaha Garuda turun 3,01% menjadi US$3,8 miliar pada 2015. Pendapatan dari layanan non-terjadwal, namun, berhasil tumbuh 28,4% menjadi US$261,9 juta.
Garuda membuat beberapa keputusan untuk memotong biaya yang tidak perlu. Di antaranya penghentian lebih awal dari sewa operasi dan penghematan non-bahan bakar dan menyederhanakan armadanya.
Perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia ini mencatat kenaikan aset 6,33% menjadi US$3,3 miliar selama 2015, naik dari periode yang sama pada 2014 sebesar US$3,1 miliar.
Hingga Oktober 2015, grup usaha Garuda menyumbang 44% dari seluruh penerbangan domestik, naik dibanding tahun lalu sebsar 38%. Untuk penerbangan internasional Garuda Indonesia sukses menangkap 27% pasar. Meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 23%.