Seorang perempuan berencana menggugat maskapai penerbangan nasional Israel, El Al, usai diminta pindah kursi oleh kru kabin lantaran bersebelahan dengan seorang pria religius dari Yahudi ultra Ortodoks. Pria penganut aliran Yahudi Hasidik ultra-ortodoks itu tidak mau duduk di sebelah seorang perempuan.
Renee Rabinowitz, 81, mengalami ketidaknyamanan itu saat terbang dengan maskapai El Al Penerbangan 028 dari Newark, Amerika Serikat menuju Tel Aviv, Israel pada Desember 2015 lalu. Dengan sedikit terpaksa, nenek 81 tahun itu berpindah kursi karena permintaan seorang kru penerbangan yang membela permintaan si pria religius.
“Di luar seluruh gelar saya, kali ini saya merasa rendah diri. Saya berpikir, saya seorang perempuan tua, terpelajar, telah berkeliling dunia, dan seorang laki-laki bisa memutuskan saya tidak boleh duduk di sebelahnya. Bagaimana bisa?” ujar Rabinowitz penuh tanya, dilansir nytimes, Jumat (26/2/2016).
Meski kesal dan harus berjalan dengan bantuan tongkat, perempuan mantan pengacara itu setuju pindah kursi.
Para pria penganut aliran ultra-ortodoks sering menganggap kontak secara tidak sengaja dengan perempuan yang bukan pasangan resminya merupakan hal terlarang sesuai yang tertulis dalam Taurat.
Pihak maskapai El Al berkelit dengan menyatakan tindakan staf mereka itu tepat karena memenuhi permintaan penumpang yang berbeda latar belakang dan keyakinan sehingga membutuhkan perlakuan berbeda. Sementara Tim Kuasa Hukum Rabinowitz dalam gugatannya mengatakan kliennya mengalami diskriminasi gender.
Pekan lalu pula, dalam situasi berbeda namun masih terkait, seorang pria ultra-Ortodoks membuat ricuh pada penerbangan El Al dari Warsawa ke Tel Aviv memprotes pemutaran film Truth yang dibintangi Cate Blanchett dan Robert Redford. Menurut pria itu, film tersebut dianggap tidak sopan.
Rabinowitz pindah ke Yerusalem dari Amerika Serikat sekitar satu dekade lalu. Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak anti-Haredi – istilah Ibrani untuk ultra-Ortodoks, yang berarti orang yang takut di hadapan Tuhan.
Lahir di Belgia, nenek-nenek ini melarikan diri dengan keluarganya selama pendudukan Nazi pada 1941. Dia memiliki pendidikan agama, menghadiri sebuah sekolah Yahudi Ortodoks di New York, di mana kode berpakaian ketat nan sederhana diterapkan, dan dia masih mendalami sebagian besar hukum Sabat. Baik suami keduanya, yang meninggal tiga tahun lalu, dan suami pertamanya (bercerai pada 1986) adalah seorang rabi Yahudi. (Foto: planespotters.net/Daniele D’orazi)