Satu keluarga mengaku telah diejek semua penumpang dan dikeluarkan dari pesawat pada Senin (22/2/2016 ) lalu, hanya karena anak mereka mengalami reaksi alergi yang menyebabkan penerbangan harus ditunda sesaat.
Christina Fabian-Romawi mengatakan ia malu setengah mati dan keadaan jadi semakin buruk ketika penumpang mulai bertepuk tangan saat dia, anaknya Giovanni dan suaminya George Alvarado diturunkan dari pesawat menuju Phoenix, AS.
“Orang-orang melihat ke arah belakang pesawat dan bertepuk tangan,” kata Fabian-Romawi kepada RAJA 5 News  seperti dikutip globalnews.ca, Jumat (26/2/2016).
Ceritanya, keluarga itu dalam perjalanan pulang ke Phoenix setelah kunjungan ke Bellingham, Washington. Mendadak Giovanni, yang alergi terhadap anjing, mulai merasa gatal. “Dia menggaruki seluruh badannya karena merasa sangat gatal,” kata Fabian-Romawi.
Fabian pun mengatakan kepada pramugari bahwa anaknya alergi, namun si pramugari malah berseloroh, “Selalu ada anjing dalam setiap penerbangan.”
Keluarga itu lalu dipindah ke kursi lain, penerbangan sementara ditunda. Layanan medis bandara naik ke pesawat dan memeriksa Giovanni. Petugas medis pun akhirnya merekomendasikan si anak agar tidak terbang dulu karena kondisinya tak aman. Akhirnya satu kelurga itu terpaksa turun dari pesawat.
“Kami mengerti,” kata Fabian-Romawi. “Kami segera mengumpulkan barang-barang kami. Mereka [kru kabin] membantu kami turun dari pesawat. ”
Saat itulah bullying dimulai. Semua penumpang justru bertepuk tangan seakan melihat pertunjukan menarik. “Orang-orang ini tidak mengerti bagaimana sedihnya kami saat itu,” kata Giovanni, 7.
Pengalaman itu sangat menyakitkan bagi keluarga tersebut. Sebab, saat itu Alvarado sedang sekarat karena kanker. “Ayah saya sakit kanker tenggorokan stadium empat,” kata Giovanni.
Alvarado, ayah dari 12 anak, delapan di antaranya ia diadopsi, membuat daftar perjalanan dengan istri dan anaknya untuk mengunjungi keluarga di Washington State. “Untuk membuat kenangan,” kata Giovanni. “Tapi aku sedih, kenangan buruk di bandara itu bakal jadi kenangan terakhir bersama ayahku.”
Alvarado dengan emosional mengatakan ia merasa tak berdaya saat penumpang lain mulai bertepuk tangan begitu kelurganya diminta keluar dari pesawat.
“Sebagai seorang ayah, aku satu-satunya harapan keluargaku di sana. Tapi aku hanya melihat orang-orang bertepuk tangan itu lalu hanya menggelengkan kepala. Saat itu aku mengatakan dalam hati, mari kita keluar dari sini, ” katanya.
Allegiant Air telah meminta maaf kepada keluarga itu karena ketidaknyamanan situasi tersebut. Namun Alvarado tetap tak bisa memaafkan kejadian itu. “Kenapa setiap kali waktu ada orang-orang yang jahat, yang menertawakan kesedihan orang. Bersikaplah yang baik, pahamilah  kesedihan orang lain,” katanya.