Saat itulah, menurut Fabian, para penumpang di pesawat mulai bertepuk tangan dan menyoraki mereka.
“Ketika kami berdiri dan berjalan ke arah depan pesawat, orang-orang di kursi bagian belakang bertepuk tangan,” kata Fabian.
Fabian berbagi cerita di Facebook, dia menulis anaknya yang berusia tujuh tahun hancur oleh seluruh pengalaman buruk itu
“Anak laki-laki saya yang berusia tujuh tahun memandang kami dengan mata penuh air mata penuh dan berkata, ‘Saya minta maaf karena menempatkan kalian dalam peristiwa memalukan ini. Ini semua salahku’. Saya masih tidak percaya bahwa orang-orang bertepuk tangan. Mereka seharusnya tidak melakukan itu karena mereka tidak pernah tahu apa yang dialami orang lain.”
Maskapai kemudian menempatkan keluarga malang itu pada penerbangan berikutnya menuju Phoenix pada Rabu. Fabian mengatakan dia tidak menyalahkan maskapai karena memaksa keluarganya turun dari pesawat. Namun, dia kecewa terhadap sikap pramugari yang memperburuk situasi. Menurutnya, komentar pramugari yang mengatakan anjing ada di setiap penerbangan memicu reaksi penumpang lain mengolok-olok Fabian dan keluarganya.
“Untuk pramugari berambut cokelat keriting pendek, Anda seharusnya tidak buru-buru menyeringai dan membuat komentar bahwa anjing ada yang setiap penerbangan! Komentar Anda tidak benar dan tidak beralasan. Kami sering terbang dan kami sering berada dalam penerbangan tanpa hewan.”
Fabian mengatakan keluarganya tidak mencari kompensasi dari maskapai. Sebaliknya, dia berharap kisahnya adalah pengingat bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang.
Dalam sebuah pernyataan kepada ktar.com, Allegiant Airlines mengatakan mereka meminta maaf kepada keluarga Fabian dan memastikan perbaikan layanan akan dilakukan.