Ahli penerbangan Kunda Dixit mengatakan jalur antara Pokhara dan Jomsom memang daerah rawan angin yang sangat kuat. Â “Sebagian besar penerbangan di daerah itu harus terbang sebelum 09:30 karena angin sangat kuat akan datang setelah jam-jam itu, ” katanya kepada AFP.
“Kecelakaan ini sangat aneh karena ini adalah pesawat baru dan pesawat berangkat pagi-pagi sekali. Pilot yang menerbangkan pesawat juga sangat berpengalaman dan fokus pada keamanan, saya terbang dengan dia 10 hari yang lalu,” kata dia.
Negara yang masih belum pulih dari bencana gempa bumi April lalu itu, dalam beberapa tahun terakhir mengalami sejumlah kecelakaan udara yang memukul industri pariwisatanya.
Sebagian besar ikaitkan dengan pilot yang kurang pengalaman, manajemen yang buruk dan pemeliharaan armada pesawat yang tidak memadai.
Pada 2012, sebuah pesawat Agni Air yang terbang rute yang sama dari Pokhara ke Jomsom juta terjatuh, menewaskan 15 orang. Enam orang selamat. Saat itu, lantaran cuaca buruk pilot memutuskan kembali ke Pokhara, tetapi karena ia berbalik, pesawat jadi terjatuh dari udara.
Dua tahun lalu sebuah pesawat Twin Otter milik maskapai nasional Nepal Airlines menabrak bukit tak lama setelah lepas landas dari Pokhara, enewaskan semua 18 orang di dalamnya.
Adapun musibah udara terbesar terakhir kali di kawasan pegunungan Nepal terjadi Mei 2015 lalu, ketika sebuah helikopter militer AS membawa bantuan gempa terjatuh lantaran cuaca buruk, menewaskan enam Marinir dan tujuh orang lainnya.
Sektor penerbangan negara itu telah mendapat kecaman dari otoritas penerbangan internasional. Pada 2013 Uni Eropa mengeluarkan larangan penerbangan ke Nepal.
Tara Air yang jatuh pada Rabu kemarin merupakan anak perusahaan Yeti Airlines, perusahaan angkutan udara swasta domestik yang didirikan pada 1998. Maskapai ini melayani banyak tujuan terpencil di seluruh Nepal.
Maskapai ini mengalamai kecelakaan fatal terakhir pada 2010 ketika pesawat carterannya yang membawa sekelompok wisatawan Bhutan menabrak gunung di Nepal timur.
Perjalanan udara sangat populer di Nepal, karena jaringan darat di wilayah pegunungan sangat terbatas. Banyak tempat yang dijadikan tempat permukiman warga lokal, khususnya di pegunungan dan perbukitan, hanya dapat diakses dengan berjalan kaki atau melalui perjalanan udara.