Pesawat terbang komuter R80 buatan PT Regio Aviasi Industri (RAI) ditargetkan bisa mengudara pada 2019 atau tiga tahun lagi.
“Saat ini kami masih mengerjakan desain rinci hingga tahun depan. Termasuk menentukan pengintegrasian semua sistem, misalnya menentukan mesin dari siapa, dan lain-lain,” kata anggota Dewan Komisaris PT RAI, Ilham Habibie di Singapura.
Habibie menyatakan, pesawat komuter R80 itu telah melewati uji terowongan angin di Puspiptek LIPI, di Serpong, Banten, walau masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan.
Dia menyatakan, ada beberapa keunggulan pesawat rancangan Habibie itu ketimbang pesaing terdekatnya, ATR-72 series dari ATR Italia-Prancis. Di antaranya adalah kelas yang berbeda, desain lebih maju, dan lebih efisien untuk dioperasikan.
“Dari sisi aerodinamika lebih baik, telah memakai teknologi fly by wire. Walau pada awalnya lebih mahal, namun setelah itu bisa menjadi lebih murah,” katanya.
Bicara soal mesin, kata dia, PT RAI masih menimbang-nimbang apakah akan memakai Pratt&Whitney PW-150 atau Rolls Royce AE-2100. “Pembicaraan dengan mereka terus dilakukan. Kemarin dengan Pratt&Whitney dan besok dengan Rolls Royce,” kata dia.
Walau belum menggelinding dari hanggar produksi PT RAI yang dinyatakan akan dibangun di Kertapati, Majalengka, Jawa Barat, namun dia menyebut angka 145 sebagai jumlah pesanan R80 ini.
Dia merinci, 100 untuk NAM Air, 25 untuk Kalstar Asia, dan 20 untuk Trigana Air. “Para operator turut terlibat sejak awal. Mereka juga memberi masukan tentang rancangan yang mereka ingin dapatkan, yang tidak diperoleh dari pesawat terbang yang selama ini ada,” kata dia. (Sumber: Antara)