Embraer meyakini, maskapai low cost carrier (LCC) di Asia sebaiknya mengganti model bisnis mereka dengan tidak sering-sering mengganti rute dan memperkenalkan penggunaan pesawat yang lebih kecil.
“Model [bisnis LCC di Asia] ini cacat,” kata Mark Dunnachie, Wakil Presiden Asia Pasifik untuk Embraer Commercial Aviation di sela-sela Singapore Airshow, seperti dikutip aviationweek, Rabu (17/2/2016). “Pada 2015, untuk setiap dua rute baru, satu rute dibatalkan karena pesawat terlalu besar.”
Dunnachie melihat sebuah kesempatan yang berbeda untuk E-jet.
Terlepas dari keberhasilan Embraer untuk pesawat keluarga E1 dan E2 di segmen murah, Embraer belum mampu menempatkan pesawat mereka di hati para operator Asia sejauh ini. Semua maskapai yang melayani segmen penerbangan jarak pendek lebih memilih mengoperasikan pesawat berbadan sempit yang lebih besar.
Dunnachie menilai itu adalah sebuah kesalahan. Sementara fokus pada jenis armada tunggal memiliki keuntungan satu tingkat lebih tinggi.
Ia berpendapat bahwa maskapai di Asia telah kehilangan kesempatan untuk memasuki pasar-pasar kecil dengan pesawat yang lebih kecil pula. Sebab para maskapai di Asia masih saja bertahan di ukuran pesawat dengan kapasitas 150 kursi atau lebih.
“Ini hanya masalah waktu sebelum operator murah mendiversifikasi model mereka,” kata dia. “Dan orang-orang yang pertama melakukannya akan memiliki keunggulan.”
Embraer menganggap Asia-Pasifik sebagai peluang besar meskipun saat ini perlambatan ekonomi di Tiongkok memiliki pengaruh lumayan di Asia Tenggara. “Penerbangan di Tiongkok masih tumbuh pada tingkat dua digit,” kata CEO Commercial Aviation Embraer, Paulo Cesar Silva.
Embraer memperkirakan masih terdapat pasar 550 pesawat dalam kategori 70-130 kursi selama 20 tahun ke depan di wilayah ini.
Dunnachie juga meyakini India akan menjadi pasar besar bagi perusahaannya. Embraer dapat dengan mudah melego 200 pesawat mereka dalam 5-10 tahun ke depan di negara itu.
Peluang lainnya adalah Iran. “Negara itu adalah negara besar dan mereka membutuhkan peningkatan dalam dunia penerbangan mereka. Iran akan menjadi pasar potensial untuk E190 dan195 dan mungkin juga 175.”
Dalam setahun terakhir, produsen pesawat asal Brasil ini memiliki tingkat penjualan pesawat yang cukup kuat. Perusahaan telah menerima 176 pesanan baru untuk keluarga E-jet pada 2015 dan baru dikirimkan 100 unit. Embraer meluncurkan pertama E190-E2 pada 25 Februari silam di pabrik Sao Jose dos Campos.