Jika sudah menjadi bandara komersial, maskapai penerbangan selain Garuda Indonesia boleh beroperasi menggunakan Bandara Pondok Cabe. Namun hal itu tergantung jumlah slot yang tersedia di bandara tersebut.
Bagaimanapun juga, Garuda Indonesia akan mendapatkan prioritas karena maskapai itu menjadi inisiator pembukaan bandara tersebut untuk komersial.
Apalagi Garuda Indonesia juga sudah menandatangani nota kesepakatan dengan Pertamina dan Pelita Air Service sebagai pengelola bandara saat ini.
Menurut Arif, di Bandara Pondok Cabe ini Garuda Indonesia juga sudah menjalin kesepakatan dengan Indopelita Aircraft Service dalam hal perawatan dan perbaikan pesawat ATR 72-600.
“Nanti bisa dua atau bisa banyak maskapai, tergantung kapasitas yang tersedia. Tapi, kan Garuda pemrakarsa. Kami yang meminta, dan kami juga akan menggunakan sinergi BUMN. Di situ ada juga Indopelita, karena kita sudah kerja sama untuk perawatan pesawat ATR 72-600,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo, dikutip bisnis.com.
Direktur Navigasi Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto mengatakan, untuk dapat mengoperasikan Bandara Pondok Cabe secara komersial, ada yang harus dipenuhi, yaitu Bandara Pondok Cabe harus satu pengelolaan dengan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Artinya, Kemenhub menghendaki Bandara Pondok Cabe dikelola oleh Angkasa Pura II.
Menurut Novie, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sendiri yang merekomendasikan pengelolaan Bandara Pondok Cabe di bawah naungan Angkasa Pura II. Kebijakan itu diterapkan untuk menghindari persinggungan ruang udara dengan Bandara Halim Perdanakusuma.
Terkait posisi Bandara Pondok Cabe dengan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dan Bandara Budiarto Curug, dia menyatakan masih aman selama pesawat dari Bandara Pondok Cabe tidak melakukan manuver ke arah timur.
Akan tetapi, kata Novie, solusi baru ini memberikan implikasi baru terhadap Bandara Pondok Cabe jika berubah menjadi bandara umum. Artinya, maskapai penerbangan apapun bisa beroperasi di Bandara Pondok Cabe asalkan menggunakan pesawat baling-baling, tidak lagi eksklusif untuk Pelita Air Service dan Garuda Indonesia.
Sebaliknya, Garuda Indonesia pun bisa beroperasi dari Bandara Halim Perdanakusuma. “Ini masih harus dirapatkan lagi dengan Angkasa Pura II dan TNI AU. Minggu depan ada pertemuan untuk membahas persoalan teknis,” katanya seperti dikutip kontan.co.id, Jumat (12/2/2016).