Penerbangan dari Eropa menuju Amerika Utara akan menempuh waktu lebih lama dan menyedot lebih banyak biaya bahan bakar jika perubahan iklim memperkuat angin di ketinggian.
Angin depan yang menjadi arus jet akan memperpanjang penerbangan ke arah barat sekitar lima menit, sedikit lebih lama dari waktu yang ditempuh penerbangan sebaliknya yang mengarah ke Eropa menggunakan angin belakang.
“Kami memiliki alasan yang bagus untuk berpikir bahwa arus jet itu semakin cepat,” kata seorang penulis Paul Williams yang juga klimatologis dari Universitas Reading, Bekshire, Inggris, Rabu (10/2/2016).
Jika waktu terbang bersihnya menjadi lebih lama, efeknya dapat menambah waktu terbang tahunan dengan 2.000 jam setiap tahunnya dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar hingga sekitar 33 juta liter. Hitungan ini dengan asumsi penerbangan yang melintas di atas wilayah Atlantik Utara sebanyak 600 penerbangan setiap harinya.
Studi itu berdasarkan pada meningkatnya kadar karbon dioksida sebesar dua kali lipat di atmosfir, yang dapat terjadi dalam beberapa dasawarsa mendatang.
Pada Senin lalu, para pakar penerbangan global menyepakati standar pertama di Montreal untuk memotong emisi karbon dioksida yang dikeluarkan pesawat dalam sebuah kesepakatan yang akan diberlakukan kepada model-model pesawat generasi baru dalam empat tahun.
Asosiasi Penerbangan Udara Internasional mengatakan, terdapat banyak ketidakpastian terkait perubahan iklim dan sejumlah temuan sebelumnya, contohnya terkait pergolakan udara yang berhubungan dengan gas rumah kaca, tidak berdampak kepada prosedur penerbangan.