Bahkan bagi para penggemar Heavy Metal dunia, Ed Force One tak kalah “gagah” dibanding Air Force One milik Presiden Amerika Serikat (AS). Pokoknya kemanapun pesawat ini menuju, sudah dipastikan bakal menarik perhatian.
Banyak pesohor dunia memiliki jet pribadi. Namun salah satu yang paling legendaris dan tidak boleh dilupakan adalah Ed Force One. Kisah pesawat Boeing 757 milik grup cadas Iron Maiden itu kini sama populernya dengan “para majikan” yang menumpanginya.
Bahkan bagi para penggemar Heavy Metal dunia, Ed Force One tak kalah “gagah” dibanding Air Force One milik Presiden Amerika Serikat (AS). Pokoknya kemanapun pesawat ini menuju, sudah dipastikan bakal menarik perhatian.
Salah satu perjalanan paling melegenda dari pesawat ini adalah saat tur konser “The Final Frontier World Tour 2011″. Ed Force One yang dipiloti langsung oleh vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson ini melintasi lima benua dan mendarat di 26 kota di 13 negara.
Ed Force One memulai perjalanan perdana ke Moskwa, Rusia. Di negara Vladimir Putin itu, Iron Maiden menggelar konser di Stadion Olympiski pada 11 Februari. Tak berhenti lama di Moskwa, Ed Force One kemudian melanjutkan perjalanan menuju Singapura, Jakarta, Bali kemudian ke Australia.
Setelah mengantar para majikannya konser di negeri Kanguru, perjalanan Ed Force One diteruskan ke Benua Amerika. Sambutan fans pun tak pernah berhenti. Hampir di semua bandara yang disinggahi, para fans Iron Maiden menunggu dan menanti kehadirannya. Dan layaknya pesawat eksklusif macam Air Force One, Ed Force One selalu disediakan parkir khusus. Begitu juga dengan personel Iron Maiden. Begitu keluar dari pesawat, tim pengawalan pun langsung menyambut mereka.
Perlakuan serupa juga terjadi di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Sebelum Ed Force One tiba, para fans sudah menunggu di bandara. Mereka tak sabar menanti pesawat Boeing yang dipiloti sang vokalis mendarat. Suasana histeris pun langsung membahana ketika pesawat yang dinanti-nanti mendarat dengan mulus. Setelah menyelesaikan proses landing, Bruce Dickinson, sang pilot, keluar dari pesawat diikuti anggota Iron Maiden dan seluruh kru band. Rombongan kemudian menuju pintu 2 D bandara Soetta.
Berbeda dengan saat di pangung, Bruce tampak sangat rapi. Nyaris tak ada kesan garang sebagai bintang heavy metal. Yang ada justru tampilan seorang pilot profesional yang baru saja menyelesaikan penerbangan panjang.
Dickinson memang sudah memiliki lisensi terbang sejak 1990. Sejak tahun 2000, ia telah bekerja secara profesional di Astraeus. Jabatan profesional di maskapai penerbangan itu terakhirnya adalah managing director dan kapten. Sebagai seorang profesional pilot, Dickinson menerbangkan pesawat komersil Boeing 757 dari Inggris dengan rute penerbangan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Pengalaman menarik ketika Dickinson terbang ke daerah rawan konflik dengan menyelamatkan 200 warga Inggris dari Lebanon saat terjadi krisis.
Kembali ke pesawat metal, Ed Force One. Pesawat ini konon memiliki diseain interior yang sangat nyaman. Pesawat ini memiliki 74 tempat duduk untuk seluruh kru serta mampu mengangkut peralatan band untuk konser. Pesawat ini juga mampu mengangkut peralatan panggung yang beratnya hampir mencapai 30 ton.
Dari sisi eksterior, pesawat ini jelas menggambarkan kegarangan Band pemiliknya. Tulisan besar Iron Maiden dengan font yang khas terpampang di sisi samping badan pesawat. Di dekat kepala pesawat, terpampang bendera Inggris yang menunjukkan negeri asal Iron Maiden sementara di bagian ekor pesawat terpampang gambar-gambar Zombie mengerikan yang selalu menjadi khas album Iron Maiden. Uniknya nama-nama kota yang didarati Ed Force One juga dituliskan di dinding luar pesawat.