Penumpang bayi Maskapai Penerbangan Lion Air meninggal saat berada dalam penerbangan rute Batam-Surabaya dengan nomor penerbangan PK-LFO (JT 970), Selasa, (9/2/2016). Meninggalnya bayi di tengah penerbangan itu memaksa pesawat tersebut putar balik ke Bandara Hang Nadim beberapa saat setelah lepas landas.
Bayi yang tewas berumur 4,5 bulan bernama Alfaro dan meninggal di dalam pesawat. Alfaro yang berangkat bersama ibunya itu diperkirakan meninggal beberapa menit sesudah pesawat jenis Boeing 737-800 ER tersebut tinggal landas dari Bandara Hang Nadim, pukul 09.35 WIB.
“Pesawat terpaksa kembali lagi setelah Ibunya yang bernama Fransiska mengatakan anaknya dalam keadaan kritis,” ujar Kabag Keuangan dan Umum Bandara Hang Nadim, Suwarso.
Suwarso mengatakan sesampainya pesawat tersebut di Bandara Hang Nadim, seluruh kru pesawat langsung membawa bayi ke klinik Bandara. Namun saat diperiksa di klinik nyawanya sudah tidak tertolong lagi. “Dari mulai pilot, pramugari semua ikut melarikan bayi itu ke Klinik tapi sudah meninggal saat dibawa ke klinik,” kata Suwarno.
Dia mengatakan dari awal, pihak Bandara dan pihak maskapai sudah mencurigai kesehatan bayi tersebut, namun Ibu sang bayi menutupi tentang kesehatan anaknya. “Sepertinya ibunya tidak berterus terang, berulang kali ditanya tapi tidak mengaku. Saat check in pesawat, dia mengatakan bayinya sehat,” ujar Suwarso.
Setelah mengetahui bayi tersebut meninggal dunia, manajemen maskapai langsung mengantarkan jenazah ke rumah duka di kawasana Sagulung. Dan pesawat kembali melanjutkan perjalanan ke Surabaya pukul 13.55 WIB.
Kapolsek Bandara Hang Nadim Iptu Thomas mengatakan bahwasannya kejadian ini tidak dibawa ke ranah hukum, lantaran bayi tersebut meninggal dunia dalam keadaan sakit. “Karena memang sakit jadi tidak ada proses hukumnya,” kata Thomas.
Distrik Manager Lion Air Batam, M Zaini Bire mengatakan pihaknya telah melaksanakan aturan ketat terkait kejadian ini. “Kalu dibilang tidak ketat tidak juga. Sejak dari counter check-in kami sudah menanyakan ke ibunya mengenai kondisi bayinya tapi ibunya mengatakan kondisi bayinya baik baik saja,” ujar Bire, Rabu, (10/2/2016).
Bire juga menceritakan petugas Lion telah menanyakan mengenai umur bayi tersebut, namun lantaran sudah memenuhi syarat penerbangan yakni di atas 3 bulan, maskapai hanya menanyakan kondisi kesehatannya saja. “Kami sempat mau arahkan ke klinik Bandara untuk buat surat pernyataan bahwa bayi masih belum cukup untuk ikut penerbangan, tapi ibu bayi bilang anaknya itu sudah berumur 4 bulan lebih,” ujarnya.
Tak hanya di Bandara, saat bayi tersebut masuk dalam pesawat, pramugari juga kembali menanyakan hal sama untuk melengkapi dokumen penerbangan berupa surat pernyataan terkait kondisi bayi tersebut. “Tapi ibunya lagi lagi menjawab hal yang sama umur bayinya sudah 4 bulan lebih dan dalam keadaan sehat,” ujar Bire lagi.
Manajemen Lion mengaku baru mengetahui bahwa bayi tersebut dalam keadaan sakit setelah mengantarkan korban ke rumah duka dan saat pemakaman. Pada saat itulah, keluarga si bayi mengatakan bahwa bayi tersebut memang dalam keadaan sakit. “Jadi bayi itu dibawa ke Surabaya untuk melakukan pengobatan di sana sesegera mungkin, karena memang kondisinya telah sakit sejak lahir,” kata Bire.
Kejadian bayi meninggal dunia di penerbangan Lion Air bukan kali pertama terjadi. Pada 13 April 2014 silam, penumpang bayi di Lion Air berusia 6,5 bulan, Refan Saputra,meninggal dunia di pesawat Lion Air rute Jakarta-Padang.
Bayi tersebut juga meninggal dunia saat pesawat tengah mengudara, atau sekitar 30 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Kala itu, orang tua si bayi juga menyatakan anaknya dalam keadaan sehat saat menaiki pesawat. Bahkan sang bayi masih tertawa sebelum menghembuskan nafas terakhir di udara. (Sumber: Sindonews)