Iran Air sepakat membeli 20 unit pesawat terbang dari perusahaan manufaktur produsen pesawat Prancis-Italia ATR pada Senin 1 Februari 2016 waktu Teheran.
Penandatanganan kesepakatan dilakukan di Roma dan Paris. Hadir mewakili Iran, Hassan Rohani mewakili Presiden Iran dan menteri Transportasi Iran Abbas Agmad Akhoundi.
Dikutip Washington Post, Selasa (2/2/2016), Iran Air berhasil memboyong 20 pesawat ATR 72-600 itu dengan harga USD1,089 miliar atau setara Rp14,966 triliun.
Penambahan armada pesawat penumpang ini dilakukan seminggu setelah menandatangani pembelian 118 pesawat Airbus dari Amerika Serikat.
Sejak dicabutnya sanksi pengembangan teknologi nuklir oleh AS. Iran mulai terbuka bagi wisatawan mancanegara. Selanjutnya, Teheran bahkan tertarik untuk membeli pesawat dari perusahaan penerbangan Boeing di AS.
Seputar ATR 72
- ATR 72 adalah pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin twin-turboprop yang dibangun perusahaan pesawat Perancis-Italia ATR. Pesawat ini memiliki kapasitas hingga 78 penumpang dalam konfigurasi kelas tunggal dan dioperasikan oleh dua kru penerbang.
- ATR 72 dikembangkan dari ATR 42 dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penumpang (dari 48 menjadi 78) dengan memperpanjang lambung pesawat sebesar 4,5 m (14 ft 9 in), meningkatkan bentang sayap, memberikan mesin yang lebih bertenaga, dan meningkatkan kapasitas bahan bakar hingga 10 persen. ATR 72 diluncurkan tahun 1986 dan melaksanakan penerbangan perdananya pada 27 Oktober 1988. Tepat satu tahun setelah itu, pada 27 Oktober 1989, Finnair menjadi maskapai pertama yang menggunakan pesawat tersebut dalam penerbangan.
- Pesawat ATR tidak memiliki Auxiliary Power Unit (APU) seperti umumnya pesawat lain, APU hanya merupakan opsi tambahan dan akan diletakkan di bagian kargo C4. Sebagian besar pesawat dilengkapi dengan rem baling-baling (biasanya disebut sebagai “Hotel Mode”) yang menghentikan baling-baling pada mesin 2 (kanan), memungkinkan mesin untuk menyala dan menyediakan udara dan tenaga untuk pesawat tanpa memutar baling-baling.
- Rem baling-baling tersebut merupakan penggunaan yang tidak penting, dan banyak maskapai melepas rem tersebut, dan akhirnya perusahaan menghilangkannya dari pesawat sepenuhnya. Hal ini menghilangkan kebutuhan berat tambahan dan pengeluaran untuk perawatan APU dan rem baling-baling.