Qatar menjadi salah satu negara poros ekonomi di Timur Tengah. Di bidang penerbangan, Qatar Airways, maskapai milik pemerintah, berkembang menjadi salah satu “penguasa langit” dunia bersama dua kompatriotnya dari Teluk, Etihad dan Emirates Airways. Jika maskapainya saja dikenal paling jor-joran, lantas bagaimana pesawat untuk Emir Qatar (sebutan untuk pemimpin di Qatar)? tentu pelayanan serba mewah dan super mahal.
Kali ini mari kita bahas bukan dari sisi kemewahan pesawatnya namun dari sisi emergency rescue pesawat untuk Emir Qatar.
Bagi negara sekelas Qatar, pelayanan super wah adalah kewajiban untuk para pemimpinnya. Rata-rata negeri timur tengah memang menerapkan standar yang luar biasa. Uang bukan lagi pembahasan. Apalagi soal APBN seperti di Indonesia…
Di Qatar, seorang Emir akan segera mendapat perlakuan cepat jika mengalami sakit. Rumah sakit dan semua kebutuhannya dicarikan yang serba terbaik. Pesawat terbaik dan pengawalan pun segera mengudara hanya dalam hitungan menit saja.
Mantan Emir Qatar, Syeikh Hamad bin Khalifa Al Thani, 63, contohnya. Meski statusnya bukan lagi pemimpin, ia mendapat perlakuan yang luar biasa. Akhir 2015, ia dilarikan rumah sakit di Swiss karena patah tulang kaki saat berlibur. Oleh kerajaan Qatar, ia langsung di terbangkan ke Zurich dengan status penerbangan “darurat” dan menjadi prioritas pendaratan di semua bandara.
Bukan itu saja, kerajaan mengerahkan sembilan unit pesawat menyertai sang Mantan Emir. Tidak dijelaskan, siapa saja yang ikut serta dalam rombongan, namun yang pasti dokter spesialis, angota keluarga dan beberapa tenaga ahli kabarnya ikut serta.
Bisa dibayangkan sembilan pesawat. Kesemuanya bukan pesawat sembarangan, lepas landas dengan status pesawat yang bisa mendarat di mana saja. Bagaimana jika itu terjadi di Indonesia? pasti menjadi kontroversi.
Hanya dalam beberapa jam, rombongan tiba di bandara Zurich-Klotes. Di Bandara ini, rombongan termasuk dalam pendaratan tak terjadwal dan ekslusif. The Guardian menyebut, izin pendaratan darurat diberikan langsung oleh angkatan udara Swiss.
Tak hanya itu untuk mengakomodasi pendaratan rombongan, kantor penerbangan sipil ditutup selama jam pendaratan dan tenaga medis serta semua fasilitas kesehatan disiapkan di bandara. setiba di bandara, sang mantan Emir langsung di bawa ke RS dan menjalani operasi serta perawatan fisioterapi.