Pada Kamis, 22 Agustus 1985, pukul 7.10 waktu setempat, di landasan pacu Manchester Airport, Inggris. Sebuah pesawat Boeing 737 British Artour bergerak lepas landas. Semua berjalan lancar hingga sebuah letupan terdengar. Pilot mengira ban pesawat meletus, dan memutuskan membatalkan lepas landas.
Yang tak terkira adalah letupan ternyata berasal dari mesin jet yang berantai menyambar tangki bahan bakar yang bocor, lalu menyemburkan api ke bagian buntut pesawat. Bagian dalam kabin terbakar dan asap pekat menyelimuti ruang pesawat. Api, asap dan kepanikan menjadi satu. Penumpang berebut keluar dari pesawat.
Malangnya, kendati panel darurat di tengah pesawat akhirnya dapat dibuka, proses evakuasi berlangsung lambat. Penyebabnya, ruang yang sempit dan ketiadaan instruksi yang jelas. Kondisi itu ditambah dengan berjejalnya penumpang yang panik.
Dari 131 penumpang pesawat itu, sebanyak 53 orang tewas bersama dua awak kabin. Kebanyakan penumpang terbunuh lantaran terlalu banyak menghirup asap. Mereka tewas bertumpuk hanya selangkah dari pintu darurat.
Sejak peristiwa itu dunia penerbangan berubah drastis. Interior pesawat disyaratkan dibuat dari bahan tahan api, atau setidaknya tak menghasilkan banyak asap saat terbakar. Kursi bagian tengah sedikit lebih longgar. Juga selalu ada awak kabin yang menjelaskan bagaimana membuka pintu darurat bila terdengar instruksi “Evacuate! Evacuate!” Tentunya dengan terlebih dahulu melihat apakah ada api atau halangan di luar.
Lebih dari itu, sebagaimana dilakukan ribuan kali di berbagai tempat di seluruh dunia setiap hari, awak kabin memerintahkan kita mengencangkan sabuk keselamatan, menegakkan sandaran kursi, melipat meja dan sandaran kaki. Juga mematikan perangkat elektronik, membuka jendela serta memperhatikan prosedur yang kemudian diterangkan panjang lebar sebelum pesawat take off di landasan.
Dimulai dengan cara memperagakan penggunaan pelampung. Dilanjutkan menunjukkan bagaimana cara merunduk di tengah pendaratan darurat. Serta instruksi untuk mengikuti cahaya menuju pintu darurat. Dilanjutkan instruksi keberadaan pintu darurat terdekat. Segala kerepotan itu demi waktu 90 detik.
Waktu sepanjang 90 detik inilah batas maksimal sebuah pesawat harus mampu mengevakuasi seluruh penumpang dalam kondisi darurat. Sebesar apapun, dengan penumpang sebanyak apa pun serta dalam keadaan apa pun. Tanpa kemampuan ini, pesawat tak akan pernah diberi sertifikasi keselamatan.
Jangankan membawa penumpang, pesawat komersial terbesar di dunia pun tak luput dari uji ini.
Pada 26 Maret 2006 bertempat di Hamburg Jerman, pesawat Airbus A380 menjalani pengujian di bawah pengawasan maskapai udara Lufthansa. Sebanyak 853 penumpang dijejalkan ke dalam pesawat. Sekitar 35% penumpang berusia di atas 50 tahun, 40% adalah wanita, dan 15% adalah wanita berusia di atas 50 tahun. Komposisi ini mengacu pada kondisi jamak pada penerbangan reguler.
Agar sedemikian realistis, selimut dan bantal dibuat berserakan di dalam kabin. Seluruh penumpang mengenakan sabuk pengaman, kendati pesawat tidak benar-benar terbang.
Satu jam berlalu sebelum lampu pesawat diredupkan. Terdapat jeda sekitar 15 menit sebelum lampu tiba-tiba padam. Lalu, para awak kabin mulai berteriak-teriak dalam bahasa Jerman yang tak semua penumpang paham.
Lampu darurat berpendar kuning menyala. Seluruh penumpang bergegas menuju pintu darurat terdekat selekas mungkin. Agar terkesan nyata, beberapa pintu darurat dinyatakan tak bisa digunakan. Penumpang harus dialihkan menggunakan pintu lain.
Rangkaian pengujian keadaan darurat pun tuntas saat seluruh penumpang berada di luar pesawat. Evakuasi pesawat penumpang komersial terbesar dalam sejarah, dengan 853 penumpang dinyatakan sukses. Beberapa pekan kemudian Airbus A380 dinyatakan layak terbang dan beroleh sertifikat layak terbang. Istimewanya, seluruh proses evakuasi itu berjalan lancar dan tuntas, hanya dalam 78 detik!
Hasil tes di pesawat jumbo tersebut masih menyisakan waktu 12 detik dari yang dipersyaratkan. Namun simulasi uji evakuasi itu bukannya bebas dari korban. Dalam proses itu, satu orang mengalami patah kaki dan 32 orang lainnya mengalami luka ringan. Seorang juru bicara Airbus mengatakan beberapa orang menderita luka bakar akibat gesekan saat meluncur di escape ramps. (SUMBER: beritagar.id)