3. Kelas ekonomi
Untuk menjamin tiket terjual habis dan pesawat penuh, kelas bisnis dihapus. Biaya-biaya untuk pelayanan yang tidak penting seperti membawa bagasi mulai diperkenalkan. Strategi penjualan yang inovatif juga membantu. Saat easyJet dimulai pada 1995, dia hanya menerima pemesanan langsung tanpa perantara. Tiket AirAsia atau easyJet 95% dijual melalui internet.  Bukan mau gaya-gayaan, hal itu sebenarnya untuk memangkas biaya agen perjalanan. Ada pula kecerdikan dalam penerapan sistem manajemen-menaikkan harga tiket saat permintaan banyak dan menguranginya saat masa-masa sepi-juga meningkatkan efisiensi.
4. Pragmatis
Ryanair telah menerapkan konsep penerbangan murah lebih jauh lagi. Maskapai itu dikenal akan ruang tunggunya yang sederhana, tidak glamor, tanpa petugas depan yang mempesona.
Perusahaan tersebut menggunakan biaya untuk membentuk perilaku pemakai jasa melebihi maskapai penerbangan manapun. Contohnya, jumlah staf depan di bagian chek-in dikurangi dan pemakai jasa diajak melayani secara mandiri melalui sistem reservasi tempat duduk memakai instrumen digital.
Strategi penjualan yang agresif juga dapat mengurangi harga tiket melalui subsidi silang. Taktik demikiam mungkin tak akan nyaman untuk pengalaman terbang, namun Ryanair tetap populer.
Sebaliknya, maskapai reguler biasanya menyajikan berbagai hiburan dalam pesawat seperti makanan di dalam pesawat. Belum lagi servis check-in cepat, lounges, tiket fisik kertas yang bagus serta adanya kelas bisnis.